KONTAN.CO.ID - Jakarta. Jumlah investor saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) meningkat pesat dalam beberapa tahun ini. Kini, tak harus orang berdasi yang bisa menjadi investor BEI. Pelajar dan rumah tangga pun bisa menjadi investor saham. Seperti yang terjadi pada Adi Dominggus, mahasiswa Manajemen Universitas Multimedia Nusantara (UMN). Mulai tahun ini, mahasiswa angkatan 2021 tersebut resmi menjadi investor saham melalui perantara Philip Sekuritas. Sebelum berinvestasi saham, Adi adalah investor reksadana. Ia menyisihkan sebagian uang bulanannya untuk berinvestasi reksadana melalui aplikasi Bibit.
Setelah menjadi Anggota Kelompok Studi Pasar Modal (KSPM) UMN, Adi mulai memahami risiko dan potensi keuntungan investasi saham. KSPM adalah galeri investasi untuk berkumpulnya mahasiswa pecinta pasar modal. KSPM rutin memberikan edukasi terhadap mahasiswa tentang investasi dan saham. Saat ini KSPM sudah memasuki generasi ke lima. Dengan kerjasama KSPM dan Philip Sekuritas, Adi pun mulai terjun ke investasi saham. Tak tanggung-tanggung, Adi langsung melirik saham
second liner bukan yang
blue chip. Pasalnya, di KSPM ada anggota yang telah mengantongi
Certified Technical Analyst (CTA), sehingga sangat membantu untuk analisa teknikal pergerakan harga saham. "Pertama investasi saham langsung diajarin
trading. Awalnya hanya bisa
gain 5%-7%, sekarang sudah bisa 9%," kata Adi. Ibarat sekali dayung dua pulau terlampui. Langkah Adi sebagai investor saham bukan hanya untuk mengelola keuangan dan mencari cuan di pasar modal. Menjadi investor saham juga sangat berhubungan dan penting dengan kuliahnya. Sebagai mahasiswa Manajemen, ia berencana mengambil peminatan
Finance pada semester lima. Peminatan
Finance akan yang mempelajari dunia investasi. Walhasil, peminatan ini mendorong mahasiswa untuk belajar
fundamental analysts dan
technical saham. "Jadi kita benar-benar fokus belajar invetasi. Kalau mahasiswa
Finance tentu harus bisa invetasi," terang Adi.
Baca Juga: Bukan Pelit, Warren Buffett Bikin Wasiat Tak Bagikan Harta ke Anak-anaknya Hal senada juga disampaikan Yolanda Purba, ibu rumah tangga yang telah menjadi investor saham sejak tahun 2019. Sebelumnya, alumnus Universitas Padjajaran (Unpad) Bandung ini telah menjadi investor reksadana sejak tahun 2009. Berbekal pengalaman dari teman-temannya yang mendapat banyak cuan dari investasi saham, wanita berdarah Batak ini akhirnya mengalihkan sebagian dana investasinya dari reksadana ke saham melalui Mandiri Sekuritas. Tak banyak modal yang ia tanam untuk menjadi investor saham, hanya Rp 20 juta. Awalnya, ibu rumah tangga yang tinggal di kawasan BSD ini berinvestasi pada saham-saham blue chip. Belakangan ini, ia gemar membeli saham baru dari hajatan initial public offering (IPO). "Saham blue chip untuk jangka panjang. Saham IPO untuk jangka pendek, kalau sudah dapat untung dijual", tutur penghobi seafood ini. Ia juga rutin menyisihkan sebagian uang belanja bulanan untuk menambah dana investasi saham. Selain itu, dana pendidikan dua buah hatinya juga dikembangkan dalam investasi saham. Yolanda menuturkan, investasi saham bukan hanya untuk mendapat cuan. Ia mengakui, dana investasi saham tersebut akan dimanfaatkan untuk biaya pendidikan putra-putrinya. "Targetnya, anak-anak bisa kuliah di Australia, jadi akan butuh dana besar yang perlu dipersiapkan sejak sekarang," terang wanita kelahiran Jakarta Timur ini. Tak hanya itu, keputusan Yolanda menjadi investor saham juga untuk persiapan hari tua. Ia mengaku telah belajar kesalahan investasi dari orang tuanya yang selama ini suka berinvestasi di properti. Orang tua Yolanda telah memiliki rumah yang luas di bilangan Jakarta Timur. Sejak bertahun-tahun yang lalu, orang tuanya menghabiskan gaji bulanan untuk membangun dan renovasi rumah. "Kini saat tua, saat butuh uang, gaji sudah tidak ada, uang tabungan tidak banmyak. Mau jual rumah juga tidak mudah, malah jadi susah karena salah investasi", cerita Yolanda. Berbeda dengan investasi saham, likuiditasnya sangat cair. Jika butuh dana untuk kebutuhan mendadak, investor bisa langsung menjual saham yang dikoleksi. Esok hari, uang penjualan saham langsung masuk ke rekening dana. Stabilitas Ekonomi & Pembangunan Berkelanjutan Tak hanya untuk investor perorangan, investasi saham juga mendukung perekonomian nasional. Saat investasi saham bergairah, stabilitas perekonomian nasional pun terjaga. Bahkan, ekonomi nasional mampu tumbuh kuat saat pasar modal sehat. Catatan Badan Pusat Statistik (BPS), ekonomi Indonesia pada semester I tahun 2023 tumbuh 5,11% dibandingkan periode sama tahun sebelumnya. Sedangkan tahun 2022, pertumbuhan ekonomi nasionalĀ mencapai 5,31%. Angka tersebut yang tertinggi sejak tahun 2014. Bersamaan itu, jumlah investor pasar modal dan saham juga meningkat. Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) melaporkan hingga akhir Kuartal III-2023, jumlah investor pasar modal mencapai 11,72 juta Single Investor Identification (SID). Jumlah tersebut meningkat 13,76% sepanjang tahun berjalan di 2023 alias year to date. Adapun pada akhir 2022, investor pasar modal berada di angka 10,31 juta SID. Investor reksadana tercatat meningkat 14,47% dibanding akhir 2023 menjadi 10,99 juta SID. Investor saham dan surat berharga lainnya naik 23,27% menjadi 5,02 juta SID. Kemudian investor Surat Berharga Negara (SBN) juga ikut pertumbuhan sebesar 11,75%. Pada periode JanuariāSeptember 2023, investor SBN telah mencapai 959.920.
CEO Edvisor.id Praska Putrantyo menganalisa, peningkatan jumlah investor pasar modal dan saham adalah simbiosis mutualisme yang perlu dijaga. Cuan pasar modal yang sebelumnya banyak dinikmati investor asing, kini mulai dirasakan investor lokal. Dominasi investor lokal bagus untuk pertumbuhan kinerja pasar modal Indonesia. Indeks pasar saham bisa menjadi lebih stabil dalam jangka panjang. Apalagi, saat ini semakin banyak pelajar yang menjadi investor saham. Bahkan, jumlah kalangan pelajar mengalahkan kalangan pengusaha serta kelompok pegawai negeri, swasta dan guru sebagai investor pasar modal.
Meskipun secara aset, nilai investasi para pelajar dan ibu rumah tangga masih lebih kecil dibandingkan kelompok lain. Namun, data ini menunjukkan bahwa potensi perkembangan pasar modal di Indonesia pada periode mendatang sangat besar. Pelajar yang saat ini telah menjadi investor, suatu saat nanti akan memiliki penghasilan sendiri setelah lulus. Dengan demikian, ada potensi peningkatan dana investasi.
Sedangkan bagi ibu rumah tangga, hal ini menandakan bahwa mereka semakin pintar mengelola keuangan. Ini sekaligus untuk mengurangi potensi ibu rumah tangga terjerumus dalam investasi bodong seperti penipuan arisan. Nah, Indonesia akan mengalami bonus demografi dengan usia produktif yang dominan. Menurut Praska, menjadi pekerjaan rumah bagi SRO pasar modal untuk terus menjaga kepercayaan para investor agar dapat bertransaksi dengan aman dan nyaman. Direktur Utama Kustodian Sentral Efek Indonesia Samsul Hidayat mengatakan jumlah investor pasar modal tumbuh pesat dalam 2 tahun terakhir. Anomali terjadi saat pandemi covid-19 merebak, yang mendongkrak jumlah investor secara signifikan. KSEI dan pihak terkait pun senang dengan peningkatan jumlah investor yang menemani perjalanan pasar modal Indonesia pada usia ke-46 ini. KSEI melihat jumlah investor pasar modal dan saham akan terus meningkat dalam periode mendatang. KSEI akan kerjasama dengan
Self-Regulatory Organizations (SRO) lainnya untuk mendorong dan menjaga tren pertumbuhan investor pasar modal. Salah satunya, dengan memberikan kemudahan bagi masyarakat yang ingin melakukan investasi dengan fasilitas pembukaan rekening secara daring. "Jika melihat tren beberapa tahun terakhir, kami berharap investor di pasar modal pada akhir 2023 dapat menembus angka 12 juta investor," kata Samsul. Direktur Pengembangan BEI Jeffrey Hendrik juga menegaskan bahwa upaya untuk meningkatkan jumlah investor mesti sejalan dengan peningkatan literasi masyarakat. Jeffry pun melihat potensi investor pasar modal dan saham di Indonesia masih sangat besar.
Selain untuk kemajuan pasar modal, peningkatan jumlah investor lokal sangat penting untuk membantu perekonomian Indonesia. Mulai tahun 2023 ini, kontribusi transaksi harian investor domestik di atas 30%. Kondisi ini memberikan dampak yang positif terhadap banyak sektor. "Manfaat pertumbuhan pasar modal kita akan lebih banyak dinikmati oleh investor domestik. Juga akan membuat pasar lebih stabil karena basis investor domestik yang lebih kuat," terang Jeffrey. Ya, pasar modal tumbuh, investor dapat cuan, ekonomi pun berkembang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Adi Wikanto