KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Aksi window dressing mulai terlihat di Bursa Efek Indonesia mulai Oktober 2021. Diperkirakan, window dressing akan terus terjadi hingga akhir tahun 2021. Kala window dressing terjadi, investor perlu selektif membeli saham agar bisa meraih cuan. Window dressing adalah strategi mempercantik portofolio investasi yang dilakukan perusahaan maupun manajer investasi. Window dressing biasanya terjadi menjelang tutup buku atau akhir tahun. Window dressing mulai terlihat, seiring kenaikan Indeks Harga Saham Gabungan (
IHSG) sejak akhir September 2021. Dari level 6.100-an pada pengujung bulan lalu, IHSG pada perdagangan Selasa (12/10) ditutup di posisi 6.486,27.
Analis Sucor Sekuritas Hendriko Gani mengatakan, kenaikan IHSG yang terjadi belakangan ini didorong oleh aksi window dressing investor. Aksi ini biasanya dilakukan para perusahaan menjelang akhir tahun untuk mempercantik portofolio investasinya. Menurut Hendriko, window dressing kali ini banyak terjadi pada saham-saham blue chip, seperti perbankan BUKU IV, saham PT Astra International Tbk (
ASII), dan PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (
TLKM). Hendriko memprediksi, hingga akhir tahun, saham-saham berkapitalisasi pasar besar tersebut masih dapat menjadi buruan seiring window dressing yang masih berlangsung. Kepala Riset Kiwoom Sekuritas Indonesia Ike Widiawati juga menyampaikan, IHSG pada hari ini kembali naik dan sempat menembus level 6.500. "Kenaikan ini terjadi pada saham konstruksi, perbankan BUKU III dan BUKU IV, serta yang paling signifikan yakni dari saham batubara," ucap Ike saat dihubungi Kontan.co.id, Selasa (12/10).
Baca Juga: IHSG naik 0,41% ke 6.486 pada Selasa (12/10), net sell asing capai Rp 428,61 miliar Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas menambahkan, saham pertambangan dan agrikultur juga menjadi sektor yang digandrungi pada window dressing tersebut. Hingga akhir tahun, Sukarno melihat, aksi window dressing potensial berlanjut sehingga terus mendorong kenaikan IHSG. "Pergerakan selanjutnya jika IHSG mampu menembus level 6.504 maka bisa lanjut untuk uji resistance 6.636-6.693," kata Sukarno Meskipun begitu, Sukarno menilai, pergerakan IHSG saat ini cenderung sideways, sebelum melanjutkan kenaikan. Oleh sebab itu, saat ini dinilai menjadi waktu yang tepat bagi investor untuk masuk kembali ke pasar saham. Menurut dia, saham-saham properti menarik untuk dikoleksi karena masih berpeluang melanjutkan penguatan. Sementara itu, Hendriko rekomendasi investor untuk
buy saham
BBNI dengan target harga Rp 8.000. Rekomendasi saham lainnya adalah buy saham
BMRI dengan target harga Rp 8.900,
BBRI Rp 4.200, dan
ASII Rp 7.000 per saham.
Keempat saham ini dipilih karena memiliki
forward price earnings ratio (PER) dan
price to book value (PBV) yang lebih rendah dari rata-rata PER dan PBV dalam lima tahun terakhir. Sementara Ike rekomendasi saham-saham yang masih memiliki potensi kenaikan cukup tinggi berasal dari sektor konstruksi, seperti
ADHI,
PTPP,
WIKA,
WSKT,
WSBP,
WTON, dan
WEGE. Menurut dia, emiten konstruksi masih memiliki potensi untuk menguat jika mampu menembus area konsolidasi harganya. Harga saham ADHI pada perdagangan Selasa 12 Oktober 2021 ditutup di level Rp 1.140, naik 50 poin atau 4,59% dari sehari sebelumnya. Namun secara year to date, harga saham ADHI masih susut 29,19%, sehingga ada potensi kenaikan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Adi Wikanto