Inilah emiten batubara dengan cadangan jumbo



JAKARTA. Demi nafas yang lebih panjang, emiten produsen batubara mulai mencari cara menambah cadangan komoditas tersebut. Salah satu strategi yang mereka tempuh adalah melakukan akuisisi.

PT Bukit Asam Tbk (PTBA) saat ini merupakan emiten batubara dengan cadangan terbesar. Perusahaan pelat merah ini memiliki cadangan 3,33 miliar ton. Sedang sumber daya PTBA mencapai 8,27 miliar ton.

Tahun lalu, PTBA mengakuisisi tambang batubara baru di daerah Kalimantan Selatan senilai US$ 36 juta. Hal ini membuat cadangan dan kinerja mereka meningkat. Adib Ubaidillah, Sekretaris Perusahaan PTBA, mengatakan, dibanding perusahaan batubara lain, PTBA ialah perusahaan dengan cadangan batubara terbesar di Indonesia.


PTBA juga berencana mengakuisisi tambang baru tahun depan. Kali ini, mereka membidik luar Sumatra, misalnya, Kalimantan. "Ini sebagai salah satu ekspansi untuk mengurangi ketergantungan dari tambang di Tanjung Enim," kata dia kepada KONTAN, Jumat (21/10).

Tapi Adib enggan menyebutkan dana untuk ekspansi anorganik tersebut. Belum lama ini, PT Adaro Energy Tbk (ADRO) juga menambah cadangan batubaranya, dengan mengakuisisi saham IndoMet Coal senilai US$ 120 juta. Cadangan ADRO bakal naik dari 1,3 miliar ton jadi 2,6 miliar ton.

Jumlah cadangan mereka hampir setara cadangan batubara PT Bumi Resources Tbk (BUMI). Emiten milik Grup Bakrie itu memiliki cadangan batubara 2,7 miliar ton. Dari sisi sumber daya, BUMI masih mempunyai total sumber daya sangat besar, yakni mencapai 12,6 miliar ton.

Meski jumlah cadangannya besar, ekspansi BUMI masih terkendala tumpukan utang. Per Juni 2016, produksi batubara BUMI hanya naik 1,8% menjadi 39,8 juta ton.

Kiswoyo Adi Joe, Analis Recapital Securities, menilai, jumlah cadangan batubara yang besar membuat prospek emiten dalam jangka panjang jadi lebih menarik. Meski demikian, hal itu tetap bergantung penjualan dan produksi setiap emiten.

"Prospek menjadi menarik jika cadangan yang naik juga seiring dengan produksi dan penjualan," ujar Kiswoyo.

ADRO dan PTBA berhasil memanfaatkan pelemahan harga batubara untuk mengakuisisi aset dengan harga yang lebih efisien. Sementara cadangan batubara milik PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) dan PT Harum Energy Tbk (HRUM) makin terbatas.

Namun, keduanya tetap membuka peluang akuisisi jika ada kesempatan. Kiswoyo bilang, secara fundamental, prospek ITMG menarik. Meski cadangannya terbatas, ITMG memiliki dana kas yang kuat untuk melakukan ekspansi. "ITMG juga punya induk yang kuat," ujar dia.

Sedang Andrew Franklin Hotama, Analis Bahana Securities, berpendapat, akuisisi IndoMet akan menambah produksi dan mendorong pendapatan ADRO. "Kami memprediksi laba bersih ADRO di 2017 dan 2018 akan naik 6% year-on-year, karena harga batubara yang lebih stabil," kata dia dalam riset 17 Oktober 2016.

Lantaran prospeknya menarik, Andrew mengerek rekomendasi ADRO dari hold menjadi buy, dengan target harga Rp 1.717 per saham. Sementara Kiswoyo masih merekomendasikan buy untuk saham PTBA, ADRO, juga ITMG.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie