KONTAN.CO.ID - Jakarta. Masih ada banyak mitos-mitos tentang ibu menyusui yang beredar di masyarakat seperti pantangan mengonsumsi makanan tertentu atau mitos lainnya. Untuk mengungkap apakah fakta dan mitos tersebut benar adanya, Rumah Sakit Akademik (RSA) Universitas Gadjah Mada (UGM) mengadakan seminar tentang ibu menyusui. Seminar yang bertemakan ‘Menyusui dan Bekerja, Antara Ekspektasi dan Realitas’ pada Jumat (5/8) lalu ini menghadirkan dua Konselor ASI dari RSA UGM, Cyntia Eriska Dewi dan Leilya Elvizahro.
Topik yang dibahas beragam, mulai dari manfaat dari kegiatan menyusui, cara menyusui yang baik dan benar, hingga cara menyimpan ASI yang benar. Selain itu, topik yang dibahas juga adalah pentingnya kelengkapan gizi sang ibu guna menghasilkan ASI yang berkualitas, serta membahas berbagai mitos dan fakta seputar ibu menyusui yang beredar di tengah-tengah masyarakat.
Baca Juga: Lirik Lagu Indonesia Raya 3 Stanza Beserta Makna dan Doa yang Ada Dibaliknya Fakta dan mitos tentang ibu menyusui
Mitos pertama tentang menyusui adalah berkaitan dengan “jangan makan ikan, nanti ASI-nya amis”. Leilya Elvizahro menegaskan hal tersebut adalah mitos. Leilya menjelaskan bahwa ASI secara umum tidak memiliki aroma, artinya makanan yang dikonsumsi sang ibu tidak mempengaruhi aroma ASI yang dihasilkan. Sebaliknya mengonsumsi ikan sangat dianjurkan untuk para ibu menyusui, sebab ikan mengandung protein dan asam lemak yang dibutuhkan oleh ibu. Dia menilai ASI yang ditemukan berbau amis tersebut disebabkan cara penyimpanan ASI perah yang kurang tepat. Mitos menyusui yang kedua adalah ibu menyusui tidak boleh minum kopi. Leilya turut mengatakan bahwa hal tersebut juga mitos. Secara umum, para ibu yang menyusui aman untuk mengonsumsi kopi, namun dibatasi kurang dari 300 mg per hari atau atau secara 2 cangkir kopi. Selanjutnya adalah menyusui bikin ibu cepat lapar dan haus. Leilya mengatakan bahwa hal tersebut adalah fakta. Kegiatan menyusui membutuhkan banyak kalori sehingga membuat ibu cepat lapar. ASI pun berbentuk cairan sehingga ketika ada cairan yang keluar dari tubuh, tubuh pun akan refleks meminta penggantinya (sensasi haus). "(Oleh karena itu) pada saat menyusui boleh sediakan minum, snack, atau meminta para suami untuk menyuapkan makanan,” jelas Leilya Keempat adalah ibu menyusui (busui) harus minum susu supaya ASI cepat keluar. Leilya mengatakan ini adalah mitos. Susu memang merupakan sumber kalsium yang dibutuhkan untuk ibu menyusui, tapi harus diingat bahwa masih ada sumber kalsium lain seperti brokoli, ikan teri, bayam, dan telur.
Baca Juga: 3 Cara Download Gratis Video YouTube Tanpa Tambah Aplikasi Apapun Daun kelor terbukti lancarkan ASI
Mitos yang kelima adalah soal “harus makan daun kelor dan sayuran hijau supaya ASI lancar”. Hal ini adalah fakta. Berdasarkan hasil penelitian, mengonsumsi daun kelor memang dapat meningkatkan produksi ASI. Diketahui hasil penelitian tersebut didapatkan atas uji pemberian daun kelor berbentuk kapsul kepada para ibu menyusui. “Kemudian juga ada penelitian lain yang melihat efek daun katuk dan daun papaya, dan lain sebagainya sebagian besar memang (memperlihatkan) ada pengaruh signifikan terhadap produksi ASI. Jadi (menurut hemat saya) boleh-boleh saja untuk mengonsumsi daun-daun atau sayuran hijau di atas,” tambah Leilya Mitos tentang menyusui keenam adalah tentang minum es membuat ASI jadi dingin dan bayi pilek yang ternyata adalah mitos.
Leilya menjelaskan bahwa ketika makanan dan minuman yang masuk ke lambung senantiasa akan mengalami penyesuaian suhu sehingga, suhu dan makanan dan minuman tidak punya pengaruh kepada ASI yang dihasilkan oleh para ibu. Terakhir terkait “pub bayinya ada biji cabe, ibunya pasti makan pedas”. Leilya menjelaskan bahwa hal ini turut merupakan mitos. Bentuk biji-biji yang ditemukan pada feses bayi merupakan bentuk normal. “Feses berbentuk agak cair, bewarna krem seperti mustard campur keju, kadang berbiji, dan memiliki bau yang ringan adalah bentuk normal fese bayi yang minum ASI,” pungkas Leilya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News