Inilah jawara dana kelolaan manajer investasi



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Persaingan para manajer investasi untuk mendapatkan dana kelolaan cukup ketat, apalagi mempertahankan posisi teratas. 

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) di Desember 2018, Schroder Investment Management Indonesia menduduki peringkat pertama manajer investasi dengan dana kelolaan terbesar. Jumlah dana kelolaan Schroder saat itu Rp 46,29 triliun. 

Namun, posisi tersebut per Oktober 2019 digantikan oleh Mandiri Manajemen Investasi (MMI) dengan dana kelolaan mencapai Rp 44,51 triliun atau tumbuh Rp 2,47 triliun. Sementara, dana kelolaan Schroder turun Rp 5,87 triliun menjadi Rp 40,41 triliun dan ranking jadi turun ke posisi 4. 


Baca Juga: Aurora Asset Management menawarkan ETF bertema lingkungan

Kepala Riset Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan persaingan manajer investasi dalam mendapatkan dana kelolaan memang cukup ketat di tengah dana kelolaan industri yang terus tumbuh. 

"Ceruk potensi dana kelolaan masih lebar, apalagi dengan banyaknya fintech dan supermarket reksadana yang menjajakan reksadana," kata Wawan, Selasa (12/11). 

Namun, secara umum para manajer investasi yang memiliki dana kelolaan jumbo biasanya karena umur perusahaan telah lama berdiri. Selain itu, mereka juga gencar mengincar investor kelas atas atau nasabah private banking melalui agen penjual banknya. 

Alhasil dana yang masuk juga jumbo. Apalagi jika manajer investasi memiliki basis investor ritel besar yang juga bisa mendukung pertumbuhan dana kelolaan. 

Direktur Utama PT Mandiri Manajemen Investasi (MMI) Alvin Pattisahusiwa mengatakan strategi yang dijalankan untuk menumbuhkan dana kelolaan adalah dengan menyediakan produk reksadana yang jadi solusi bagi investor, sesuai dengan profil dan tujuan investasi. 

Selain tu, Alvin mengatakan selalu melakukan perbaikan kinerja dengan mengedepankan kualitas portofolio dan manajemen risiko. Tak kalah penting, MMI juga terus melakukan inovasi dengan meluncurkan produk baru yang belum pernah ada di pasar, seperti reksadana pasar uang dengan fasilitas T+0, maupun juga perbaikan fitur pada beberapa produk yang sudah ada. 

Baca Juga: Infovesta Utama targetkan dana kelolaan akhir tahun Rp 550 triliun

"Kami juga turut berpartisipasi dan melakukan edukasi untuk pentingnya melakukan perencanaan keuangan dan berinvestasi sejak dini dengan membuka kelas edukasi secara rutin," kata Alvin, Selasa (11/12). 

Di sepanjang tahun ini, Alvin mencatat produk reksadana yang menyumbang besar pada pertumbuhan dana kelolaan adalah reksadana pasar uang dan reksadana pendapatan tetap. 

Di posisi kedua, dana kelolaan terbanyak ditempati oleh Batavia Prosperindo dengan dana kelolaan mencapai Rp 44,24 triliun atau naik Rp 3,9 triliun sejak awal tahun hingga Oktober.  

Senada, Direktur Batavia Prosperindo Yulius Manto mengatakan ragam produk serta kualitas kinerja reksadana yang sesuai dengan profil dan tujuan investor menjadi faktor utama penggerak dana kelolaan. 

Di Batavia 50% lebih pertumbuhan dana kelolaan yang berasal dari reksadana konvensional datang dari reksadana saham. "Kinerja reksadana saham racikan kami yang cukup kompetitif dukung pertumbuhan AUM," kata Yulius. 

Selanjutnya, PT Bahana TCW Investment menempati urutan ketiga manajer investasi dengan dana kelolaan terbesar yang mencapai Rp 42,32 triliun atau naik Rp 3,5 triliun sejak awal tahun hingga Oktober. 

Direktur Bahana TCW Investment Soni Wibowo mengatakan dana kelolaan disokong dari penerbitan reksadana penyertaan terbatas yang nilainya mencapai Rp 1 triliun dan sokongan dari reksadana saham dan pendapatan tetap. 

Soni menargetkan dana kelolaan di 2019 capai Rp 50 triliun sementara target dana kelolaan di 2020 capai RP 54 triliun. "Permintaan akan RDPT masih banyak meski suku bunga turun, begitu pun pada reksadana pendapatan tetap dan reksadana saham yang  masih lanjut naik meski kecil," kata Soni. 

Sementara, Yulius mengatakan tren penurunan suku bunga memberi likuiditas dan bisa mendorong pertumbuhan dana kelolaan. Namun, jika perang dagang AS dan China tak kunjung usai, kekhawatiran perlambatan ekonomi bisa menahan pertumbuhan dana kelolaan. 

Yulius berharap di tahun 2019 dana kelolaan bisa tumbuh di kisaran 15%-20%, begitu pun di tahun 2020. 

Senada, Alvin optimis dana kelolaan akan terus tumbuh sejalan dengan bertumbuhnya literasi dan inklusi keuangan. Dari sisi prospek, AUM industri dibandingkan dengan GDP masih single digit dan dibandingkan dengan DPK perbankan juga masih 10% artinya peluang untuk tumbuh masih sangat besar. 

Sentimen positif juga datang dari bertambahnya jumlah investor reksadana yang naik 4 kali lipat sejak 2015. Selain itu, kemudahan investor untuk melakukan registrasi dan pembelian reksadana juga mendukung.  

Alvin menargetkan dana kelolaan MMI bisa capai Rp 60 triliun di akhir tahun ini dan tumbuh minimal 10% di atas rata-rata industri untuk 2020. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi