Inilah keunggulan pabrik penggilingan Lumbung Padi



JAKARTA. PT Lumbung Padi Indonesia baru saja meresmikan pabrik penggilingan padi pertamanya di Desa Jasem, Mojokerta, Jawa Timur pada Minggu (7/9) lalu. Presiden Komisaris PT Lumbung Padi Indonesia Rachmat Gobel mengatakan, meski bekerja sama dengan perusahaan teknologi Jepang, Satake Corporation, pabrik penggilingan ini seutuhnya milik Lumbung Padi Indonesia.

“Kami hanya bekerja sama dalam pasokan teknologi penggilingan padi yang digunakan, tidak ada joint venture,” kata Rachmat kepada KONTAN, Senin (8/9).

Menurutnya, kerja sama dengan Satake Corporation sudah sejak lama. Untuk pabrik penggilingan ini hanya dapat sokongan peralatan untuk menunjang kinerja pabrik penggilingan. Tanpa mau merinci berapa nilai investasi yang digelontorkan, Rachmat bilang sebagian besar dana investasi berasal dari internal perusahaan dan sedikit pinjaman dari bank.


Nantinya pabrik penggilingan padi ini akan menghadirkan beras dengan kualitas yang premium karena sokongan peralatan yang modern. “Selama ini yang buat kualitas beras kurang bagus karena peralatan yang digunakan belum terlalu maju dan modern. Lostnya masih tinggi karena tidak efisien. Dengan adanya teknologi yang kami gunakan ini, maka akan mengurangi lost hingga 5%,” jelas Rachmat.

Untuk suplai padi yang dibutuhkan penggilingan, Lumbung Padi Indonesia mengaku akan menggandeng mitra petani. “Ke depannya mitra petani akan besar jumlahnya. Tujuan awalnya kan untuk menjaga petani agar memiliki saluran yang tepat dalam menyalurkan padi miliknya,” tambah Rachmat.

Tidak hanya akan mengolah penggilingan padi tapi PT Lumbung Padi Indonesia juga mengemas beras hingga siap dipasarkan. Nantinya beras premium produksi Lumbung Padi akan diberi nama Beras Prima atau Prime Rice. Beras ini akan dipasarkan di seluruh Indonesia. 

Agar mampu memasok hingga ke seluruh Indonesia, menurut Rachmad, perusahaannya akan menghadirkan pabrik-pabrik lainnya. Pabrik yang sedang direncanakan akan berada di Sumatera Selatan, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, hingga Gorontalo. “Inginnya secepat mungkin, bisa tahun ini bisa tahun depan,” katanya.

Rachmat optimis dengan prospek beras miliknya ini karena kebutuhan beras di Indonesia masih sangat tinggi terutama beras kualitas premium. Beras masih jadi konsumsi utama rakyat, apalagi produsen beras kualitas premium masih sangat sedikit.

Dalam sehari pabrik penggilingan padi ini bisa menghasilkan 30 ton produksi beras per hari. Rachmat menargetkan dalam setahun pabriknya mampu menghasilkan produksi beras hingga 150.000 ton. “Teknologi dengan sistem zero waste atau tidak meninggalkan sisa ini yang akan menunjang produksi pabrik. Akan mampu meminimalisir sisa hingga 1%. Sehingga kapasitas produksi menjadi lebih optimal,” kata Rachmat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Uji Agung Santosa