ROMA. Perdana Menteri Italia, Matteo Renzi berencana melakukan langkah besar untuk kembali mendorong perekonomian negara. Dia berencana menyebar insentif pajak dengan harapan mendorong pemulihan ekonomi.Renzi, mantan walikota Florence berusia 39 tahun yang terpilih memimpin administrasi Italia sejak Januari lalu, yakin, negara tidak akan melanggar batas defisit anggaran yang dipatok Uni Eropa yaitu 3% dari Produk Domestik Bruto (PDB).Dengan berbagai paket pengurangan pajak, Italia akan kehilangan pendapatan pajak sebesar € 10 miliar (US$ 14 miliar) setiap bulan. Gambarannya, sebanyak 10 juta pekerja kelas bawah dan menengah dengan gaji € 1.500 akan menerima ekstra € 80 per bulan, mulai Mei mendatang.Untuk menutup selisih pajak, pemerintah akan mengurangi anggaran belanja pemerintah pusat, mencari lebih banyak utang, dan sumber daya yang diuntungkan dari penurunan bunga pinjaman Italia yang terus melandai.Renzi bilang, Italia tetap menargetkan defisit 2,5% dari PDB di tahun ini, setelah mencapai 3% di tahun lalu.Tak semua pihak menyukai langkah Renzi yang terbilang radikal ini. Daniel Gros, Kepala CEPS, sebuah badan think tank di Brussels berpendapat, ongkos atau imbal hasil utang Italia justru bisa melejit mengingat utang negara yang membesar. "Anggaran pemerintah Italia tidak bisa lebih defisit lagi. Ini bukan yang Italia butuhkan," kata dia.Sementara Menteri Ekonomi Pier Carlo Padoan meminta Renzi mengevaluasi kembali dampaknya pada keuangan publik. Dia juga berencana meminta persetujuan dari Uni Eropa mengenai target defisit dan utangnya. Dia berharap, pengurangan pajak segera mendorong pertumbuhan, lapangan pekerjaan, serta pendapatan. Soalnya, dalam waktu dekat langkah ini akan menerbangkan beban utang Italia yang sudah mencapai € 2 triliun.
Inilah langkah radikal PM Italia yang baru
ROMA. Perdana Menteri Italia, Matteo Renzi berencana melakukan langkah besar untuk kembali mendorong perekonomian negara. Dia berencana menyebar insentif pajak dengan harapan mendorong pemulihan ekonomi.Renzi, mantan walikota Florence berusia 39 tahun yang terpilih memimpin administrasi Italia sejak Januari lalu, yakin, negara tidak akan melanggar batas defisit anggaran yang dipatok Uni Eropa yaitu 3% dari Produk Domestik Bruto (PDB).Dengan berbagai paket pengurangan pajak, Italia akan kehilangan pendapatan pajak sebesar € 10 miliar (US$ 14 miliar) setiap bulan. Gambarannya, sebanyak 10 juta pekerja kelas bawah dan menengah dengan gaji € 1.500 akan menerima ekstra € 80 per bulan, mulai Mei mendatang.Untuk menutup selisih pajak, pemerintah akan mengurangi anggaran belanja pemerintah pusat, mencari lebih banyak utang, dan sumber daya yang diuntungkan dari penurunan bunga pinjaman Italia yang terus melandai.Renzi bilang, Italia tetap menargetkan defisit 2,5% dari PDB di tahun ini, setelah mencapai 3% di tahun lalu.Tak semua pihak menyukai langkah Renzi yang terbilang radikal ini. Daniel Gros, Kepala CEPS, sebuah badan think tank di Brussels berpendapat, ongkos atau imbal hasil utang Italia justru bisa melejit mengingat utang negara yang membesar. "Anggaran pemerintah Italia tidak bisa lebih defisit lagi. Ini bukan yang Italia butuhkan," kata dia.Sementara Menteri Ekonomi Pier Carlo Padoan meminta Renzi mengevaluasi kembali dampaknya pada keuangan publik. Dia juga berencana meminta persetujuan dari Uni Eropa mengenai target defisit dan utangnya. Dia berharap, pengurangan pajak segera mendorong pertumbuhan, lapangan pekerjaan, serta pendapatan. Soalnya, dalam waktu dekat langkah ini akan menerbangkan beban utang Italia yang sudah mencapai € 2 triliun.