KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Tanggal 5 Januari 2020 lalu mungkin merupakan serangan pesawat tak berawak (drone) paling bersejarah. Melansir Forbes, drone MQ-9 Reaper menembakkan setidaknya dua rudal Hellfire pada kendaraan yang membawa Mayor Jenderal Iran Qassem Soleimani, pemimpin milisi Irak Abu Mahdi al-Muhandis dan rombongan mereka setibanya di Bandara Internasional Baghdad. Konvoi tersebut luluh lantak. Jasad Soleimani hanya dapat diidentifikasi oleh cincin besar dengan batu merah di tangannya yang terputus. Predator telah menyerang lagi. Drone dengan berat 2,5 ton senilai US$ 16 juta ini, memiliki jangkauan 1.200 mil dan diterbangkan melalui setengah dunia, adalah satu di antara sejumlah senjata paling penting dalam gudang senjata Amerika. Baca Juga: Arab Saudi bayar tentara Amerika Serikat Rp 7 triliun di tahun lalu
Dengan latar belakang ini, siapakah bapak de facto dari revolusi drone? Mengutip Forbes, dia adalah anggota baru The Forbes 400 — Neal Blue. Blue, 84 tahun, diperkirakan memiliki kekayaan senilai US$ 4,1 miliar. Dia merupakan pimpinan dan pemilik 80% saham kontraktor pertahanan yang berbasis di San Diego, General Atomics (saudaranya, Linden, 83 tahun, memiliki 20% lainnya). Blue pertama kali memperkenalkan Predator drone ke langit dunia sekitar 25 tahun yang lalu untuk mengawasi pasukan Serbia selama pemerintahan Clinton. Predator adalah salah satu pesawat AS pertama di Afghanistan setelah 9/11. Sejak itu, Predator telah berkembang melalui penyebaran di Irak, Pakistan, Somalia dan Yaman.