JAKARTA. Meski sempat dibuka menguat, akhirnya, indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) dan Standadr & Poors' (S&P) tidak bisa bertahan. Di akhir transaksi kedua tongkat pengukur kinerja bursa Amerika Serikat (AS) itu justru tenggelam.DJIA ditutup melemah 0,74% menjadi 9.985,81. Adapun S&P 500 turun 0,77% menjadi 1.047,22. Indeks saham-saham teknologi, Nasdaq, longsor lebih dalam, yakni 1,07% menjadi 2.118,69.Saham-saham teknologi memang memimpin penurunan harga saham-saham di Wall Street. Misalnya, hargas saham Cisco System turun 2,4% menjadi U$20,7 dan harga saham Intel jatuh 1,6% menjadiU$ 18,18.Asal tahu saja, pergerakan saham-saham teknologi biasanya digunakan sebagai cermin (proxy) pertumbuhan ekonomi. Artinya, jika harga saham-saham anggota indeks Nasdaq itu turun, kekhawatiran tentang prospek pertumbuhan ekonomi AS tengah muncul di kalangan investor.Di awal transaksi, DOW dan S&P sempat menguat lantaran memperoleh sentimen positif dari data klaim tunjangan penganguran AS untuk periode satu minggu yang berakhir 21 Agustus lalu. Dalam periode itu, jumlah klaim tunjangan pengangguran di AS turun 31.000 menjadi hanya 473.000 dibandingkan pekan sebelumnya. Meksipun demikian, sentimen positif itu tidak bisa bertahan lama. Akhirnya, investor menyadari bahwa jumlah klaim tunjangan pengangguran itu terlalu tinggi. Jika dihitung, rata-rata jumlah klaim pengangguran dalam 4 minggu terakhir--yang memberikan gambaran tentang kondisi pasar tenaga kerja AS dengan lebih baik--mencapai 486.750. Ini merupakan angka tertinggi sejak akhir November lalu. "Jika Anda melihat sinyal dari klaim tunjangan pengangguran, jelas bahwa angka pengangguran di bulan Agustus kemungkinan besar akan lebih buruk dibanding bulan Juli," ujar Julia Coronado, Ekonom Senior BNP Paribas di New York kepada Reuters.Ia memprediksi, total angka penggajian (payroll) di bulan Agustus akan turun 10.000 ( di luar sektor pertanian). Sementara, todal payroll keseluruhan sektor akan turun 160.000.Angka klaim pengangguran yang terlalu tinggi buat sebagian ekonom juga menjadi sinyal bahwa pertumbuhan ekonomi AS belum cukup kuat. Pengusaha pun masih enggan menambah tenaga kerja karena tak mau menanggung risiko jika ekonomi tiba-tiba melemah lagi. Dalam kondisi ini, tak berlebihan jika investor memilih kembali melepas aset berisiko seperit saham. Asal tahu saja, ini merupakan pertama kalinya Dow ditutup di bawah angka psikologis 10.000 sejak 6 Juli lalu. Meskipun demikian, dari sisi teknikal, investor masih mencermati angka 1.040 sebagai support S&P. Jika level itu tertembus, sebagian investor justru melihatnya sebagai sinyal untuk mulai melakukan aksi beli saham. Jika ini terjadi, indeks berpotensi kembali menguat (rebound). Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Inilah pemicu kejatuhan Dow
JAKARTA. Meski sempat dibuka menguat, akhirnya, indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) dan Standadr & Poors' (S&P) tidak bisa bertahan. Di akhir transaksi kedua tongkat pengukur kinerja bursa Amerika Serikat (AS) itu justru tenggelam.DJIA ditutup melemah 0,74% menjadi 9.985,81. Adapun S&P 500 turun 0,77% menjadi 1.047,22. Indeks saham-saham teknologi, Nasdaq, longsor lebih dalam, yakni 1,07% menjadi 2.118,69.Saham-saham teknologi memang memimpin penurunan harga saham-saham di Wall Street. Misalnya, hargas saham Cisco System turun 2,4% menjadi U$20,7 dan harga saham Intel jatuh 1,6% menjadiU$ 18,18.Asal tahu saja, pergerakan saham-saham teknologi biasanya digunakan sebagai cermin (proxy) pertumbuhan ekonomi. Artinya, jika harga saham-saham anggota indeks Nasdaq itu turun, kekhawatiran tentang prospek pertumbuhan ekonomi AS tengah muncul di kalangan investor.Di awal transaksi, DOW dan S&P sempat menguat lantaran memperoleh sentimen positif dari data klaim tunjangan penganguran AS untuk periode satu minggu yang berakhir 21 Agustus lalu. Dalam periode itu, jumlah klaim tunjangan pengangguran di AS turun 31.000 menjadi hanya 473.000 dibandingkan pekan sebelumnya. Meksipun demikian, sentimen positif itu tidak bisa bertahan lama. Akhirnya, investor menyadari bahwa jumlah klaim tunjangan pengangguran itu terlalu tinggi. Jika dihitung, rata-rata jumlah klaim pengangguran dalam 4 minggu terakhir--yang memberikan gambaran tentang kondisi pasar tenaga kerja AS dengan lebih baik--mencapai 486.750. Ini merupakan angka tertinggi sejak akhir November lalu. "Jika Anda melihat sinyal dari klaim tunjangan pengangguran, jelas bahwa angka pengangguran di bulan Agustus kemungkinan besar akan lebih buruk dibanding bulan Juli," ujar Julia Coronado, Ekonom Senior BNP Paribas di New York kepada Reuters.Ia memprediksi, total angka penggajian (payroll) di bulan Agustus akan turun 10.000 ( di luar sektor pertanian). Sementara, todal payroll keseluruhan sektor akan turun 160.000.Angka klaim pengangguran yang terlalu tinggi buat sebagian ekonom juga menjadi sinyal bahwa pertumbuhan ekonomi AS belum cukup kuat. Pengusaha pun masih enggan menambah tenaga kerja karena tak mau menanggung risiko jika ekonomi tiba-tiba melemah lagi. Dalam kondisi ini, tak berlebihan jika investor memilih kembali melepas aset berisiko seperit saham. Asal tahu saja, ini merupakan pertama kalinya Dow ditutup di bawah angka psikologis 10.000 sejak 6 Juli lalu. Meskipun demikian, dari sisi teknikal, investor masih mencermati angka 1.040 sebagai support S&P. Jika level itu tertembus, sebagian investor justru melihatnya sebagai sinyal untuk mulai melakukan aksi beli saham. Jika ini terjadi, indeks berpotensi kembali menguat (rebound). Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News