Inilah penghambat investasi ke Tanah Air



KONTAN.CO.ID - Pemerintah beberapa waktu lalu telah mengumumkan RAPBN untuk tahun anggaran tahun 2018 dengan target pertumbuhan ekonomi 5,4%. Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, dengan target pertumbuhan ekonomi tersebut, investasi harus tumbuh lebih baik lagi. Namun demikian, saat ini yang terjadi masih banyak faktor yang menghambat investasi masuk ke Indonesia. Sebagai contoh, Lenzing Group tengah mempertimbangkan Indonesia atau Thailand yang akan dipilih sebagai lokasi pembangunan pabrik serat sintetis terbaru. Masih ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan Lenzing Group sebelum memastikan rencana ekspansi mereka di Tanah Air. Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menilai, memang banyak faktor yang mempengaruhi investor masuk ke suatu negara. Deputi Koordinator Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal BKPM Azhar Lubis mengungkapkan, termasuk dalam hal ini kepastian hukum, kemudahan perizinan di pusat dan daerah. “Juga adanya fasilitasi atau bantuan pemerintah bagi perusahaan yang mengalami hambatan dalam merealisasikan investasinya,” kata dia kepada KONTAN, Sabtu (19/8). Faktor lainnya adalah tersedianya insentif investasi yang menarik dibanding dengan negara tetangga, pasar dalam negeri, ada atau banyaknya perusahaan sejenis yang menjadi pesaing produk yang dihasilkan. Kesemuanya ini resultante-nya adalah ‘iklim investasi’. Iklim investasi tersebut juga termasuk dukungan ketersediaan infrastruktur jalan, jembatan dan pelabuhan, listrik yang cukup dengan kualitas yang baik, dan tersedianya SDM yang terdidik. Menurut Azhar, Indonesia tetap menjadi lokasi yang diminati untuk investasi setelah AS, China dan India. Hal ini berdasarkan survei UNCTAD tahun 2017 ini terhadap CEO perusahaan-perusahaan multinasional. “Realisasi investasi PMDN dan PMA selama lima tahun terakhir juga menurutnya menunjukkan kenaikan yang signifikan,” ujar dia. Ia menyambung, paket-paket deregulasi yang diluncurkan oleh pemerintah yang intinya memberikan kemudahan berusaha dan fokus utama pemerintah untuk percepatan pembangunan infrastruktur seperti jalan, jembatan, pelabuhan, serta pembangkit listrik, telah memberikan sinyal positif dan optimisme bahwa keadaan Indonesia akan lebih baik daripada saat ini. Hal ini terlihat dari nilai rencana investasi PMDN dan PMA yang disetujui BKPM tahun 2015 dan 2016 sebesar sekitar Rp 2.000 triliun lebih. Selain itu, komitmen investasi selama semester I 2017 juga sudah melebihi Rp 1.000 triliun. “Apabila komitmen investasi tersebut dapat terealisir separuhnya saja, berarti target realisasi PMDN dan PMA tahun 2017 yang sebesar Rp 678,8 triliun dan tahun 2018 sebesar sekitar Rp 765 triliun akan dapat tercapai. Semoga,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Wahyu T.Rahmawati