Inilah Rekomendasi Saham yang Berpotensi Cuan Karena Window Dressing Desember 2022



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Simak saham-saham pilihan analis yang berpotensi cuan karena window dressing Desember 2022. Beberapa saham pilihan yang berpotensi cuan tersebut kini sedang turun harga.

Window dressing adalah strategi manajer investasi untuk memoles tampilan portofolionya. Window dressing menjadikan harga saham tertentu naik.

Biasanya, window dressing terjadi menjelang akhir tahun. Pada Desember 2022 ini, analis pun memprediksi window dressing berpeluang terjadi.


Research & Consulting Manager Infovesta Utama Nicodimus Kristiantoro melihat peluang window dressing pada bulan Desember masih sangat terbuka. Ada beberapa alasan yang mendasari optimisme tersebut. 

Pertama, persepsi positif investor terhadap meredanya laju kenaikan Federal Funds Rate (FFR) pada Desember. 

Adapun, sebelum rilis inflasi Amerika Serikat yang melandai ke posisi 7,7% secara tahunan (YoY), pasar masih memperkirakan kenaikan FFR di Desember dominan di level 75 basis points (bps). Tapi saat ini potensi kenaikan terjadi sebesar 50 bps.

Baca Juga: Ada Window Dressing, Investor Siap Menadah Cuan di Akhir Tahun

Berdasarkan sumber dari CME Group, persentase kenaikan FFR 50 bps mencapai 75,8%. "Perkiraan FFR turun dibanding ekspektasi sebelumnya dapat menjadi katalis positif untuk market," jelas Nico saat dihubungi Kontan.co.id, Minggu (27/11).

Kedua, kenaikan suku bunga acuan yang akan dilakukan Bank Indonesia sebagai langkah front loaded dan pre-emptive diprediksi akan mendapat respons positif pasar saham Indonesia. 

"Sebagaimana yang terjadi pada kenaikan dua bulan terakhir, tentu saja jika sesuai konsensus," imbuh Nico.

Faktor ketiga yang memuluskan potensi window dressing adalah rilis data inflasi pada awal bulan Desember, yang diproyeksikan berlanjut turun. Kondisi ini bakal menjadi angin segar untuk pelaku pasar.

Sementara itu, CEO Edvisor.id Praska Putrantyo memperkirakan window dressing pada Desember 2022 bisa terjadi dengan potensi upside relatif terbatas. Praska menambahkan, rilis laporan keuangan emiten per kuartal III-2022 yang masih dominan berkinerja positif bisa menjadi faktor pendorong.

Baca Juga: IHSG Melemah 0,41% Dalam Sepekan, Simak Proyeksinya untuk Pekan Depan

"Hal itu membuat euforia masih berlanjut di penutupan tahun. Meskipun tidak signifikan karena sudah di-priced in pada bulan-bulan sebelumnya," kata Praska.

Selain itu, investor asing tampak kembali mengakumulasi saham, yang mana dalam sepekan terakhir kembali tembus Rp 1 triliun. Praska turut menyoroti potensi melambatnya inflasi pasca kebijakan BI mengerek suku bunga acuan sebanyak 50 bps per November 2022.

Menurutnya, kebijakan tersebut mendorong optimisme investor di pasar modal. Hal itu terefleksi melalui indikator yield Surat Berharga Negara (SBN) Indonesia tenor 10 tahun yang mulai turun di bawah 7% mengikuti yield US Treasury yang sudah turun di bawah 4%.

Di tengah berbagai optimisme tersebut, ada faktor yang perlu dicermati sebagai penghambat datangnya window dressing. Nico membeberikan catatan, pergerakan pasar masih dibayangi beberapa risiko. Misalnya saja dari tren kenaikan kasus covid.

Apalagi langkah zero covid policy di China yang berpotensi kembali mengganggu global supply chain. Faktor lainnya terkait dampak volatilitas kurs rupiah dengan tren yang masih terdepresiasi.

Dampak ke IHSG

Sementara itu, Certified Elliott Wave Analyst Master Kanaka Hita Solvera, Daniel Agustinus memandang potensi window dressing pada bulan Desember adalah 50:50. Meski fundamental makroekonomi Indonesia masih solid, tapi secara teknikal Daniel punya catatan.

Baca Juga: Intip Saham-Saham yang Banyak Dijual Asing pada Perdagangan Akhir Pekan

Daniel melihat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak sideways sejak akhir Oktober dengan rentang 6.964 - 7.108. Dia pun memberikan simulasi dampak dari terjadi atau tidak adanya window dressing terhadap IHSG.

Apabila mampu menembus resistance 7.108, maka window dressing bisa terjadi dengan potensi penguatan IHSG ke level 7.257. Sebaliknya, apabila menembus area support 6.964, maka potensi penurunan IHSG ke level 6.816 dengan window dressing yang tidak terjadi.

Sedangkan jika merujuk data historis, Nico membeberkan selama 10 tahun terakhir dari 2011 - 2021, return bulanan IHSG setiap Desember selalu positif dengan rata-rata pertumbuhan return sekitar +3%.

Baca Juga: Cek Saham-saham yang Banyak Diburu Asing pada Perdagangan Kemarin

Berdasarkan asumsi itu, Nico memprediksi akan ada potensi kenaikan return minimal 3% pada bulan desember tahun ini. Sehingga IHSG diproyeksi melaju ke level 7.300 – 7.450 hingga akhir tahun.

Melihat gerak IHSG saat ini masih konsolidasi, Praska menaksir potensi upside relatif terbatas dengan target maksimal ke level 7.260. Sedangkan proyeksi pesimistisnya IHSG akan berada di area 7.010.

Rekomendasi Saham 

Head of Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Roger MM turut memprediksi window dressing berpeluang datang bulan depan. Catatan dia, ada potensi tekanan di pertengahan Desember saat pengumuman suku bunga The Fed yang dipediksi kembali naik.

Sedangkan indikator pendukungnya antara lain rilis kinerja emiten per kuartal III-2022 yang tumbuh positif, khususnya untuk saham yang tergabung dalam indkes LQ45. "Data ekonomi Indonesia juga masih cukup resilient," imbuh Roger.

Roger menjagokan beberapa sektor yang bisa menjadi perhatian pelaku pasar pada akhir tahun nanti. Antara lain di sektor perbankan, energi, dan emiten terkait kendaraan listrik (EV) dan energi terbarukan.

Baca Juga: Asing Net Buy Jumbo Rp 1,98 Triliun dalam Sepekan, Ini Saham-Saham yang Banyak Diburu

Daniel turut melihat perbankan sebagai sektor unggulan. Selain itu, sektor industri, consumer cyclicals dan non-cyclicals juga menarik dilirik. "Perbankan menurut kami masih menarik di akhir tahun, didorong katalis kenaikan suku bunga yang masih terjadi," jelasnya.

Pelaku pasar bisa mengoleksi saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) dengan target harga Rp 5.000. Kemudian, PT Astra Internasional Tbk (ASII) dengan target harga Rp 6.800.

Harga saham ASII pada perdagangan Jumat 25 November 2022 ditutup di level 6.175, turun 25 poin atua 0,40% dibandingkan sehari sebelumnya. Selama sepekan yang lalu, harga saham ASII terakumulasi turun 100 poin atua 1,59%.

Adapun Nico menyoroti sektor-sektor yang mencatat kinerja positif di bulan Desember tahun lalu. Meliputi sektor energi, konsumen non primer, dan perbankan. Khususnya untuk saham yang berada di indeks LQ45.

Dari saham perbankan, Nico menyarankan pelaku pasar melirik saham "big 4", yakni BBRI, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI).

Di sektor energi, Nico menjagokan saham batubara PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) dan PT Bukit Asam Tbk (PTBA). Harga saham PTBA pada perdagangan Jumat 25 November 2022 ditutup di level 3.640 turun 50 poin atau 1,36% dibandingkan sehari sebelumnya.

Lalu, saham konsumen non primer dapat terangkat musim belanja di libur akhir tahun. Saham pilihannya PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI) dan PT Matahari Department Store Tbk (LPPF).

Sementara itu, Praska menjagokan saham sektor perbankan, otomotif, batubara, barang konsumsi, properti, infrastruktur telekomunikasi, dan utilitas energi yang berpeluang menjadi penopang window dressing.

Saham pilihan Praska adalah ASII dengan target harga (TP) Rp 6.700, PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) untuk TP di Rp 1.970, dan PT Ciputra Development Tbk (CTRA) dengan TP 1.100.

Selain itu, pelaku pasar bisa melirik saham PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) dengan TP Rp 10.600, PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) dengan TP Rp 4.200, PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) untuk TP Rp 6.600, dan PT Harum Energy Tbk (HRUM) dengan TP pada level Rp 1.850.

Itulah saham-saham pilihan yang berpotensi cuan karena aksi window dressing. Ingat disclaimer on, segala risiko investasi atas rekomendasi saham di atas menjadi tanggung jawab Anda sendiri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Adi Wikanto