Inilah resep Umbul Ponggok dan Panglipuran menarik pelancong



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setelah pelonggaran mobilitas, bisnis wisata mulai menggeliat lagi. Sejumlah desa wisata berbenah diri untuk menyambut wisatawan. Salah satunya, Desa Wisata Umbul Ponggok.

Menurut Suyantoko, Kepala Divisi Wisata Berdesa BUMDes Tirta Mandiri Ponggok, pihaknya sudah mengubah strategi bisnis setelah pandemi Covid-19. Maklum, selama pandemi, Desa Wisata Umbul Ponggok mengalami kerugian hingga Rp 18 miliar karena harus menutup area wisata air alam yang menjadi andalan.

Beruntung, berkat kegigihan warga sekitar merawat lingkungan desa serta efisiensi yang BUMDes Tirta Mandiri Ponggok lakukan, desa wisata yang terletak di, Klaten, Jawa Tengah, tersebut bisa bertahan.


Hanya, BUMDes Tirta Mandiri Ponggok bakal fokus menyasar pelancong dari daerah sekitar Klaten saja. "Antisipasi kebijakan pemerintah yang berganti-ganti,” kata Suyantoko kepada KONTAN.

Langkah pembenahan lainnya adalah membatasi jumlah pengunjung. Sebelumnya Desa Wisata Umbul Ponggok bisa menyedot 1.000 pengunjung per hari, sekarang hanya menerima 200 hingga 300 wisatawan.

Baca Juga: Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan sabet gelar juara CHSE Anugerah Desa Wisata

Strategi lainnya, menurunkan tiket masuk dari sebelumnya Rp 15.000 per pengunjung menjadi hanya Rp 10.000 per orang.

Suyantoko berharap, strategi tersebut bisa memancing kembali para pengunjung bertandang ke Desa Wisata Umbul Ponggok. Dengan begitu, BUMDes Tirta Mandiri Ponggok bisa menambah wahana baru pada tahun depan.

Desa Wisata Panglipuran di Bangli, Bali, juga berbenah. Terutama, memakai aplikasi PeduliLindungi sebagai skrining pengunjung. "Selain itu, juga ada perbaikan fasilitas yang ada," ujar I Nengah Moneng, pengelola Desa Wisata Panglipuran kepada KONTAN.

Perbaikan fasilitas yang dia maksud adalah dengan terus merawat lingkungan Desa Panglipuran. Mulai bangunan rumah dan tempat publik lainnya yang ada di desa hingga hutan bambu juga Pura Penataran yang berada di sekitar kampung.

Sama seperti Desa Wisata Umbul Ponggok, Desa Panglipuran juga menerapkan pembatasan jumlah pengunjung. Dari total daya tampung 800 orang, pengelola memangkas menjadi setengahnya saja sesuai kebijakan pemerintah.

Selain itu, untuk menarik pengunjung, Desa Panglipuran di akhir tahun ini bakal menggelar Penglipuran Village Festival. Lewat upaya ini, Nengah mengharapkan, wisatawan yang berkunjung bisa terus terjaga, terutama turis rombongan.

Nasib berbeda dialami Desa Wisata Tanalum di Purbalingga, Jawa Tengah. Menurut Mohamad Nur Fatah, pengelola Desa Wisata Tanalum, sejak awal pandemi hingga kini,

Desa Wisata Tanalum masih beum beroperasi. Sebab, pembangunan jembatan gantung di desa tersebut masih berlangsung. Jika pembangunannya kelar, barulah Desa Wisata Tanalum bisa buka kembali.        

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Markus Sumartomjon