Inilah rincian rencana pemerintah untuk Inalum



JAKARTA. Pemerintah akan mengambil alih penuh aset PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) yang terus merugi pada tahun 2013. Setelahnya, pemerintah berencana akan menjual lagi sebagian saham Inalum ke swasta.

Soritaon Siregar Kepala Pusat Investasi Pemerintah(PIP) menuturkan, saat ini pemerintah dalam proses perundingan dengan Jepang terkait pengambilalihan aset Inalum. “Target pertama kami adalah mengambil alih secara penuh aset Inalum terlebih dahulu,” ungkapnya kepada Kontan, Selasa (7/8).

Saat ini, saham Inalum dimiliki pemerintah Indonesia sebesar 41,13% dan Nippon Asahan Aluminimum (NAA) sebanyak 58,87%. Perusahaan alumunium shelter ini telah beroperasi sejak 1975.


Soritaon mengoreksi informasi yang mengatakan pemerintah akan membeli saham Inalum. Yang benar, kata dia, pemerintah membeli aset Inalum. Ini sesuai dengan kesepakatan kerjasama dengan Jepang.

Kesepakatan kerjasama itu berbunyi, pemerintah Indonesia berhak mengambil alih aset Inalum setelah kontrak kerjasama berakhir pada akhir Oktober 2013. Caranya, pemerintah membeli aset Inalum yang diperkirakan mencapai angka Rp 7 triliun.

Menurut Soritaon, setelah pemerintah menerima penuh aset Inalum pada akhir Oktober 2013, baru pemerintah membahas rencana penjualan saham ke swasta. “Nantinya kami akan menjual kembali saham Inalum tapi tidak mayoritas, bisa 5%-49%,” ungkapnya.

Soritaon menegaskan, pemerintah takan mengulang kesalahan yang sama dengan menjual saham mayoritas kepada pihak asing.

Dana sudah siap

Saat ini, pemerintah melalui PIP telah memiliki dana pengambilalihan Inalum sebesar Rp 2 triliun yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2012. Sisanya sebesar Rp 5 triliun akan dimasukkan ke dalam RAPBN 2013 yang diajukan Presiden kepada DPR RI sekitar Oktober 2012 nanti.

Soritaon juga mengakui bahwa Inalum di bawah Jepang terus merugi. “Menjadi aneh perusahaan terus rugi, tetapi Jepang tetap ingin memperpanjang kerjasama,” ujarnya.

Menurutnya, kerugian ini menjadi salah satu alasan pemerintah mengambil alih Inalum dari Jepang. Seperti yang pernah ditulis KONTAN, Indonesia merugi US$ 1,2 miliar dalam dua dekade pertama kerjasama proyek tersebut. Baru pada tahun 2004, perusahaan bisa membukukan laba, namun, masih terdapat sisa akumulasi rugi sampai tahun 2009.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: