KONTAN.CO.ID - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kemarin ditutup menguat 0,28% ke posisi 5829,98. Meski begitu, masih ada peluang IHSG kembali melemah, lantaran sentimen bom Korea Utara belum mereda. Saat indeks tertekan, investor bisa mencoba menjaring keuntungan dari saham-saham yang jadi buruan pelaku pasar. Menurut data Bursa Efek Indonesia, pada perdagangan kemarin, saham TLKM tercatat sebagai saham dengan nilai transaksi tertinggi, yakni Rp 331,61 miliar. TLKM juga selalu masuk dalam daftar saham dengan nilai transaksi tertinggi selama sepekan terakhir. Selain TLKM, saham SRIL, ASII, BBRI dan BBCA juga selalu masuk daftar 10 besar saham dengan nilai transaksi tertinggi sepekan terakhir. Sebelumnya, saham RIMO juga masuk jajaran 10 besar tersebut.
Para analis menilai, saham tertentu cocok untuk jangka pendek. Misalnya SRIL dan RIMO. "Secara teknikal, SRIL ke depan masih fluktuatif, sementara RIMO baru berganti bisnis, jadi volatilitasnya tinggi," ujar Kevin Juido, Kepala Riset Paramitra Alfa Sekuritas, kepada KONTAN, Selasa (5/9). Untuk jangka panjang, saham
big caps, seperti TLKM, ASII, BBRI dan BBCA masih menarik, lantaran memiliki fundamental yang baik. "
Share of standing dari TLKM juga cukup besar," lanjut Kevin. Inav Haria Chandra, analis OCBC Sekuritas Indonesia, juga menilai prospek jangka panjang TLKM masih menarik. Menurut dia, sangat jarang perusahaan dengan kapitalisasi besar memiliki likuiditas tinggi. "TLKM juga mampu membukukan pertumbuhan laba bersih
double digit secara konsisten tiap tahun," kata Inav, kemarin. Sedang analis Royal Investium Sekuritas Wijen Pontus punya analisa berbeda. Saham blue chips dengan nilai transaksi tinggi tadi dinilai kurang menarik. Alasannya, dalam 1-2 tahun ke depan, kecenderungan harga saham
blue chip ini akan turun. "Kalau mau investasi jangka panjang, lebih baik masuk setelah dua tahun yang akan datang," kata dia. Dia mencermati saham TLKM, ASII, BBRI, BBCA, secara
Elliot Wave sudah berada di puncak uptrend jangka menengah. Dus, ada potensi untuk berbalik arah turun dalam beberapa bulan ke depan. Saat ini saham blue chips masih bisa untuk trading. Karena itu, Wijen merekomendasikan
sell on strength saham
blue chips. Alasannya, IHSG dalam 1-2 bulan ke depan bisa merosot ke kisaran 5.500-5.600. Sementara SRIL masih menarik untuk jangka menengah, mengingat SRIL bisa mencapai Rp 400 per saham. "Untuk saham TLKM, ASII, BBRI dan BBCA, rekomendasi
sell on strength dan SRIL rekomendasi
buy on weakness," tutur Wijen. Wijen menyarankan, sebaiknya saat ini investor fokus pada emiten berbasis
consumer goods, seperti ROTI, AISA, GGRM dan HMSP. Saham perkebunan, seperti LSIP, AALI dan BWPT, juga menarik. Analis Binaartha Parama Sekuritas Muhammad Nafan Aji menyatakan, fundamental SRIL, TLKM, ASII, BBRI dan BBCA masih oke. Sementara RIMO saat ini sudah memiliki PER cukup tinggi, yakni 46 kali. "Tren saham RIMO sudah sangat ketinggian," ujar Nafan.
Tingginya permintaan pada saham itu, menurut dia, karena investor melihat kinerja fundamental perusahaan, meski terdapat sentimen negatif. Sementara secara teknikal, TLKM saat ini berpotensi
rebound. Adapun ASII masih membentuk fase akumulasi yang berpotensi
uptrend. Nafan merekomendasikan
buy TLKM dengan target jangka menengah Rp 4.970.
Buy ASII dengan target jangka menengah Rp 8.475. Lalu
buy BBRI dengan target jangka pendek Rp 15.500.
Buy BBCA dengan target jangka pendek Rp 19.200 dan
hold RIMO dengan target Rp 366 per saham. Kevin menyatakan saat ini TLKM bergerak di level
support Rp 4.600 dan
resistance Rp 4.620. Dia merekomendasikan
buy TLKM dengan target akhir tahun Rp 5.000. ASII juga disarankan
buy dengan target Rp 9.000. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati