Inilah strategi memburu saham pembagi dividen



JAKARTA. Musim pembagian dividen tahun buku 2011 masih bergulir. Laba triliunan rupiah mengalir ke kantong para investor di Bursa Efek Indonesia (BEI).

PT Unilever Indonesia Tbk, misalnya, dijadwalkan membayarkan dividen tunai Rp 296 per saham atau senilai total Rp 2,26 triliun, pada Jumat (13/7). Masih ada sebagian emiten yang sudah menjadwalkan pembayaran dividen dalam waktu dekat. Ambil contoh, PT Semen Gresik Tbk yang berniat membagikan dividen tunai Rp 330,89 per saham atau senilai total Rp 1,96 triliun.

Mengacu ke harga saham Semen Gresik. kemarin, Rp 11.350 per saham, imbal hasil dividen atau dividend yield yang berpotensi diterima investor adalah 2,92%.


Semen Gresik menetapkan cum dividen di pasar reguler dan pasar negosiasi pada 17 Juli 2012. Adapun ex dividen di pasar yang sama jatuh pada Rabu 18 Juli 2012.

Ellen May, praktisi pasar modal, menyebutkan berinvestasi pada saham emiten yang rajin membagikan dividen disebut income investing. Risiko dalam income investing tetap ada, tapi kadarnya lebih rendah dibandingkan dengan jenis saham yang lain.

Hal ini lantaran saham emiten yang rajin menebar dividen umumnya lebih stabil dan tidak terlalu volatil. Jadi, saham ini cocok bagi investor yang tak berani menghadapi risiko fluktuasi harga saham.

Perusahaan seperti apa saja yang bisa dijadikan kandidat income investing? Ellen menunjuk emiten BUMN termasuk rajin memberi dividen tinggi karena keharusan membagikan keuntungan kepada pemerintah sebagai pemegang saham. Pilih juga perusahaan yang konsisten membagi dividen, setidaknya selama lima tahun hingga 25 tahun terakhir.

Cermati pula saham dengan rata-rata dividend yield terbesar. "Sebaiknya pilih saham dengan dividend yield lebih dari 3% dan sebaiknya besaran dividennya tumbuh setiap tahun," ujar Ellen.

Beberapa saham yang bisa dijadikan sebagai aset income investing antara lain Unilever Indonesia, Bank Mandiri, Bank Rakyat Indonesia, Semen Gresik, Jasa Marga, Astra International, Perusahaan Gas Negara, serta Bukit Asam.

Managing Research Indosurya Asset Management, Reza Priyambada, berpendapat, memburu laba dari kenaikan harga saham atau capital gain lebih menguntungkan dibandingkan menanti dividen.

Investor bisa meraih capital gain berkali-kali dalam satu tahun dengan persentase yang berbeda. Sedangkan dividen hanya bisa dinikmati satu tahun sekali oleh investor. "Jika investor trading, untungnya bisa lebih besar dibanding dividen yang hanya satu tahun sekali," ujar Reza, belum lama ini.Kepala Riset Universal Broker Indonesia, Satrio Utomo, juga pernah bilang, dividen hanya pemanis. Investor sejatinya bisa menikmati untung maksimal dari capital gain. Dalam setahun, capital gain bisa mencapai 10%. Sedangkan dividend yield hanya berkisar 3%-5%.

Tapi benarkah trader bisa memperoleh gain lebih besar daripada investor yang memburu income investing? "Belum tentu," ungkap Ellen. Dia justru menilai, semakin sering bertransaksi dan semakin kecil rentang waktu beli-jual, maka risikonya semakin besar. "Jika trader tidak terlatih dan tidak disiplin, maka bisa saja malah merugi dan profitnya kecil," tutur Ellen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sandy Baskoro