Inilah sumber tenaga harga batubara selanjutnya



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meski tergelincir dari level tertingginya sejak tahun 2013, harga komoditas batubara tetap berluang untuk melanjutkan penguatan. Sejumlah analis menyakini, batubara itu masih banyak mendapat sokongan dari fundamental yang positif. Bahkan diperkirakan cukup minim sentimen negatif yang bisa kembali menjegal harga.

Deddy Yusuf Siregar, Analis PT Asia Tradepoint Futures menuturkan, sentimen positif pertama datang dari potensi peningkatan permintaan dari Vietnam. Negara di kawasan Asia Tenggara itu kini tengah mengembangkan pembangkit listrik berbahan bakar batubara.

Hingga April lalu, Vietnam tercatat sudah mengimpor 4,6 juta ton batubara dari Indonesia dan Australia. “Sampai tahun 2020 diperkirakan kebutuhan batubara Vietnam bisa mencapai 50 juta ton dan di tahun 2030 bertambah lagi menjadi 80 juta ton,” kata Deddy.


Kemudian kenaikan permintaan diperkirakan juga datang dari India dan China. Sampai tahun 2035, diperkirakan permintaan kedua negara itu akan menyumbang 64% total permintaan global. Diproyeksikan sampai tahun 2035 nanti, permintaan batubara global setiap tahunnya akan tumbuh sekitar 1,1%.

Semakin menguatnya permintaan batubara, menurut Deddy, mampu menahan potensi peningkatan produksi dari Amerika Serikat (AS). Produksi batubara AS diperkirakan akan bertambah seiring rencana Presiden Donald Trump untuk mencabut pembatasan emisi gas rumah kaca yang diterapkan Barack Obama.

Rencananya dalam beberapa hari kedepan politikus partai Republik itu justru akan merilis peraturan baru terkait hal tersebut. “Tingginya permintaan dari Asia ini yang mampu menjaga harga,” imbuhnya.

Menurut Deddy, kalau dalam di pertengahan kuartal empat ini harga batubara bisa menembus level US$ 98 per metrik ton, maka ada peluang bisa melanjutkan penguatan hingga masuk ke level US$ 100 per metrik ton.

Di lain pihak, Ibrahim, Direktur PT Garuda Berjangka memperkirakan, harga batubara hanya mampu mempertahankan penguatan hingga bulan November karena sokongan musim dingin. Kata dia, kemungkinan harga batubara akan kembali tertekan pada Desember mendatang, karena Bank Sentral AS berencana untuk menaikkan suku bunga acuannya. “Setelah kenaikan suku bunga, di bulan Januari masuk musim dingin lagi akan naik,” timpalnya.

Diperkirakan penguatan batubara mampu berlanjut ke level US$ 110 per metrik ton. Namun sampai akhir tahun 2017 Ibrahim menebak harga batubara akan bertengger di level US$ 105 per metrik ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati