Inilah tantangan IPO Persib Bandung



JAKARTA. PT Persib Bandung Bermartabat (PBB) siap menggebrak jagat sepakbola Tanah Air. Berniat masuk Bursa Efek Indonesia, klub berjuluk Maung Bandung ini mengincar dana Rp 200 miliar dari penjualan 45% saham initial public offering (IPO).

Namun, langkah Persib masuk bursa saham bukan tanpa tantangan. Bahkan rencana IPO Persib dinilai tidak prospektif. Lukas Setia Atmaja, pengamat pasar modal Prasetya Business School menilai, IPO Persib terhambat oleh kultur industri sepakbola di Indonesia.

Kompetisi sepakbola masih carut-marut karena perebutan kekuasaan di tingkat pengurus Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI). Hal ini membuat pertandingan sepakbola kurang menarik, baik sebagai tontonan maupun bagi sponsor.


Sepakbola juga belum menjadi industri yang ajeg dengan perputaran uang yang besar. Sistem kontrak siaran langsung televisi, misalnya, belum terlalu berdampak signifikan bagi keuangan klub.

Penjualan merchandise juga tidak bisa diharapkan karena para penggemar lebih banyak membeli produk yang bajakan ketimbang produk resmi yang dikeluarkan klub. "Cukup wajar karena penggemar klub di Indonesia kebanyakan dari kelas menengah-bawah," ujar Lukas.

Pengurus Persib Bandung mengakui tantangan tersebut. Muhammad Farhan, Direktur Persib Bandung, menyatakan penggemar Persib dari kalangan atas atau memiliki status ekonomi sosial A dan B hanya 8% dari total suporter yang 5,37 juta orang. Suporter yang memiliki status ekonomi C sebanyak 23%, sisanya justru didominasi kalangan bawah dengan status ekonomi D dan E.

Berdasarkan pertimbangan itu, saham IPO Persib mungkin tidak terlalu diminati investor rasional yang memang ingin merih untung. Toh, Persib bisa memanfaatkan penggemar fanatiknya untuk menyerap saham IPO itu. "Mereka itu kan kecintaannya besar, jadi beli saham bukan untuk cari untung tapi kebanggaan terhadap klub yang didukungnya," kata Lukas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sandy Baskoro