KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pandemi Covid-19 tidak menyurutkan laju bisnis usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Malah, beberapa pelaku masih bisa menembus pasar ekspor. Contoh, Syahrial Aman, pemilik Syam's Handicraft, UMKM yang memproduksi tas anyaman asal Pati, Jawa Tengah. Desember tahun lalu, dia mengekspor tas anyaman ke Jepang sebanyak 500 pieces lewat agen dari Jakarta. Meski belum melakukan ekspor mandiri, langkah tersebut menjadi jalan baginya untuk memperluas pasar ekspor. Buktinya, hingga Mei nanti, Syahrial sudah mendapat pesanan tas anyaman dari Jepang. Perinciannya: order sekitar 2.900 tas dari agen di Jakarta dan 2.000 tas dari agen mitra kerjanya.
Sebelumnya, Syahrial sudah melakukan ekspor ke Australia, Amerika Serikat (AS), dan Turki. Tapi, volumenya masih kecil. Syam’s Handicraft bisa menembus pasar ekspor karena selalu mengikuti kemauan market. Makanya, mulai tahun ini, Syahrial bakal mengoptimalkan pasar ekspor dengan mengembangkan tim
content creator untuk AS, Turki dan Australia. Sebab, volume ekspor ketiga negara ini kecil. Untuk itu, Syahrial tengah mengembangkan motif dan desain tas anyaman terbaru sesuai dengan permintaan pasar tujuan ekspor. Lalu, selain Jepang, dia membidik pasar Eropa dalam perluasan pasar ekspor Syam's Handicraft pada tahun ini. Guna mengenalkan produk lebih masif, tim content creator juga akan membuat konten-konten branding. "Saat ini, kami tengah proses rencana untuk bisa masuk pasar Eropa," katanya kepada KONTAN.
Baca Juga: Fresh Factory tawarkan jasa pengantaran frozen food kilat bagi UMKM Sekadar informasi, dalam sebulan, Syam's Handicraft mampu menjual 10.000 hingga 20.000 tas anyaman. Porsi penjualan di pasar domestik masih mendominasi, 70%-80%, dan sisanya untuk ekspor. Untuk tahun ini, Syahrial menargetkan, bisa meraup omzet total Rp 1 miliar dengan memperluas pasar ekspor. Tak mau kalah, Nasrin H Muhtar, pemilik CV Tri Utami Jaya, UMKM yang memiliki spesialisasi produk olahan daun kelor, juga berupaya memperbesar pasar ekspor. Maklum, produk olahan daun kelor buatannya sudah dipasarkan di 13 negara, yakni AS dan negara-negara di Benua Eropa.
Nasrim pun bersiap menambah kapasitas produksi. Sayang, dia tidak memerinci jumlahnya. Yang jelas, awal tahun ini ia sudah mengirim 10 kg produk olahan daun kelor ke Belanda dan Belgia. "Saya tahun ini siap ekspor untuk kapasitas besar," ujarnya kepada KONTAN. Untuk itu, Nasrin bersama para petani daun kelor di Nusa Tenggara Barat bakal memperluas lahan budidaya hingga 1.000 hektare (ha) pada tahun ini. Saat ini, luas lahan baru 250 ha. Dengan perluasan lahan budidaya daun kelor, Nasrin optimistis bisa memenuhi tambahan permintaan pasar ekspor. Selama ini, pemasok utama produk olahan daun kelor adalah India dan negara-negara Afrika. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Markus Sumartomjon