JAKARTA. Persaingan yang ketat dalam industri semen membuat para pelaku pasar di industri ini wajib putar otak jika ingin bisnisnya tetap eksis dan efisien. Satu cara yang paling ampuh untuk menemukan titik efisiensi yang tepat adalah dengan terus melakukan inovasi.Hal inilah yang dilakukan PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR). Emiten pelat merah ini tengah mengembangkan teknologi Konservasi Energi dan Teknologi Penurunan Emisi Gas CO2 melalui pemanfaatan biomass dan limbah B3 sebagai Bahan Bakar Alternatif.Berdasarkan rilis resmi perusahaan, Kamis (27/6), dengan inovasi ini maka manajemen bisa menghemat beban operasional hingga Rp 300 miliar setiap tahunnya. Sebagai gambaran, beban operasional SMGR sepanjang 2012 lalu mencapai Rp 10,3 triliun, naik 16% dibanding periode sebelumnya Rp 8,89 triliun."Hal ini juga menjadi bukti jika fokus kami untuk mengembangkan teknologi tidak menjadi beban operasional, tapi justru menghasilkan efisiensi bagi perusahaan," tulis Dwi Soetjipto, Direktur Utama SMGR.Dwi menambahkan, pihaknya tidak akan berhenti untuk berinovasi demi menemukan sumber energi alternatif. Ke depannya, manajemen bakal memanfaatkan limbah industri seperti Cooper Slag, Fly Ash, Cement Retarder menjadi bahan baku substitusi menggantikan pasir besi, pasir silika, dan gipsum alam.Selain itu, SMGR juga berencana memanfaatkan sampah kota, terutama dari dua kota di mana perseroan banyak beraktivitas, yaitu Gresik dan Tuban, Jawa Timur. Volume sampah di Gresik tercatat sebanyak 650 meter kubik atau sekitar 217 ton per hari. Adapun volume sampah di Tuban sebesar 250 meter kubik atau 83 ton per hari.Sampah kota tersebut bisa diolah menjadi refuse derived fuel (RFD) untuk menggantikan bahan bakar batubara yang selama ini dipakai perusahaan. Dwi mengaku, selama ini SMGR juga sudah menggunakan bahan bakar alternatif, seperti dari sekam padi, kulit mete, limbah tembakau, dan oil sludge sebagai sumber energi alternatif. Wilayah bekas tambang SMGR juga telah ditanami dengan tanaman bisa menjadi bahan bakar alternatif bagi proses produksi. Dari lahan bekas tambang itu, SMGR bisa mendapat suplai bahan bakar alternatif untuk menunjang proses produksi.Upaya tersebut juga sudah mulai membuahkan hasil. Selama ini, porsi penggunaan energi alternatif SMGR sudah mencapai 5%-8% dari total kebutuhan energi perseroan yang menyedot 2 juta ton batubara per tahun.Dwi berharap, dalam waktu dekat porsi penggunaan energi alternatif ini bisa meningkat minmal 10%. "Jadi, ini sangat bermanfaat bagi produksi kami dan lingkungan," ujarnya.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Inovasi baru, SMGR menghemat Rp 300 M per tahun
JAKARTA. Persaingan yang ketat dalam industri semen membuat para pelaku pasar di industri ini wajib putar otak jika ingin bisnisnya tetap eksis dan efisien. Satu cara yang paling ampuh untuk menemukan titik efisiensi yang tepat adalah dengan terus melakukan inovasi.Hal inilah yang dilakukan PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR). Emiten pelat merah ini tengah mengembangkan teknologi Konservasi Energi dan Teknologi Penurunan Emisi Gas CO2 melalui pemanfaatan biomass dan limbah B3 sebagai Bahan Bakar Alternatif.Berdasarkan rilis resmi perusahaan, Kamis (27/6), dengan inovasi ini maka manajemen bisa menghemat beban operasional hingga Rp 300 miliar setiap tahunnya. Sebagai gambaran, beban operasional SMGR sepanjang 2012 lalu mencapai Rp 10,3 triliun, naik 16% dibanding periode sebelumnya Rp 8,89 triliun."Hal ini juga menjadi bukti jika fokus kami untuk mengembangkan teknologi tidak menjadi beban operasional, tapi justru menghasilkan efisiensi bagi perusahaan," tulis Dwi Soetjipto, Direktur Utama SMGR.Dwi menambahkan, pihaknya tidak akan berhenti untuk berinovasi demi menemukan sumber energi alternatif. Ke depannya, manajemen bakal memanfaatkan limbah industri seperti Cooper Slag, Fly Ash, Cement Retarder menjadi bahan baku substitusi menggantikan pasir besi, pasir silika, dan gipsum alam.Selain itu, SMGR juga berencana memanfaatkan sampah kota, terutama dari dua kota di mana perseroan banyak beraktivitas, yaitu Gresik dan Tuban, Jawa Timur. Volume sampah di Gresik tercatat sebanyak 650 meter kubik atau sekitar 217 ton per hari. Adapun volume sampah di Tuban sebesar 250 meter kubik atau 83 ton per hari.Sampah kota tersebut bisa diolah menjadi refuse derived fuel (RFD) untuk menggantikan bahan bakar batubara yang selama ini dipakai perusahaan. Dwi mengaku, selama ini SMGR juga sudah menggunakan bahan bakar alternatif, seperti dari sekam padi, kulit mete, limbah tembakau, dan oil sludge sebagai sumber energi alternatif. Wilayah bekas tambang SMGR juga telah ditanami dengan tanaman bisa menjadi bahan bakar alternatif bagi proses produksi. Dari lahan bekas tambang itu, SMGR bisa mendapat suplai bahan bakar alternatif untuk menunjang proses produksi.Upaya tersebut juga sudah mulai membuahkan hasil. Selama ini, porsi penggunaan energi alternatif SMGR sudah mencapai 5%-8% dari total kebutuhan energi perseroan yang menyedot 2 juta ton batubara per tahun.Dwi berharap, dalam waktu dekat porsi penggunaan energi alternatif ini bisa meningkat minmal 10%. "Jadi, ini sangat bermanfaat bagi produksi kami dan lingkungan," ujarnya.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News