Inovasi Industri Peternakan Menopang Kedaulatan Pangan Indonesia



KONTAN.CO.ID - Tercapainya ketahanan pangan tak lepas dari terwujudnya kedaulatan pangan, yaitu pemenuhan pangan melalui produksi lokal. Termasuk di dalamnya adalah ketersediaan daging sapi bagi masyarakat yang bersumber dari produksi dalam negeri.

Pemerintah memiliki target untuk mencapai swasembada daging sapi pada 2026. Meski demikian, hingga tahun ini masih terjadi defisit antara kebutuhan daging sapi dengan produksi daging sapi nasional.

Berdasarkan data Kementerian Pertanian, dengan proyeksi konsumsi daging sapi 2,57 kg per kapita, kebutuhan daging sapi pada 2022 diperkirakan mencapai 706.388 ton. Sementara itu, produksi daging sapi nasional 2022 ditaksir sebesar 436.704 ton.


Sebenarnya pemerintah telah berupaya menggenjot produksi daging dalam negeri. Antara lain melalui program Upaya Khusus Sapi Indukan Wajib Bunting (UPSUS SIWAB) dengan menggalakkan kegiatan inseminasi buatan (IB) dan intensifikasi kawin alam (Inka). Pada tahun 2020, program UPSUS SIWAB kemudian disempurnakan menjadi program Peningkatan Produksi Sapi dan Kerbau Komoditas Andalan Negeri (SIKOMANDAN).

Akan tetapi, pemerintah tidak mungkin bekerja sendiri. Dibutuhkan upaya yang lebih luas dari para pelaku industri peternakan agar Indonesia dapat terlepas dari ketergantungan impor dan mencapai kedaulatan pangan.

Program pengembangan sapi unggulan

PT Widodo Makmur Perkasa, Tbk (IDX: WMPP) menyadari hal tersebut dan melakukan berbagai inovasi untuk meningkatkan produksi sapi nasional dan menghasilkan daging sapi berkualitas bagi para konsumen di tanah air, di antaranya dengan memaksimalkan peran riset ilmiah.

Melalui anak usahanya yaitu PT Pasir Tengah, WMPP tengah menjalin erja sama dengan Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta menginisiasi pengembangan varian ‘Sapi Gama’. Varian ini nantinya akan menjadi jenis sapi baru yang dihasilkan dari persilangan sapi-sapi terbaik di dunia, yaitu dari varian Brahman, Wagyu, dan Belgian Blue.

CEO PT Pasir Tengah, Heri Prasojo, mengatakan, riset ilmiah dan pengembangan yang sedang berlangsung antara Perusahaan dengan UGM diharapkan mampu menghasilkan varian sapi premium yang adaptif dengan kondisi Indonesia sebagai negara tropis, memiliki kualitas daging premium dan produktivitasnya tinggi.

“Sapi Gama nantinya akan memiliki ciri khusus antara lain memiliki double muscle, sehingga produktivitasnya tinggi serta tekstur daging yang empuk dibandingkan varian sapi lainnya. Selain itu kekebalan tubuhnya juga lebih kuat,” ujar Heri.

Pemberdayaan masyarakat

Selain itu, Perusahaan turut mendukung pemberdayaan mitra petani-peternak sebagai bagian dari upaya mencapai kedaulatan pangan dengan melaksanakan program Desa Mandiri Sapi (DMS). Perusahaan bekerja sama dengan petani-peternak, khususnya di area Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Jawa Timur.

“Program ini merupakan sebuah program kemitraan dengan pendekatan holistik, di mana petani-peternak tidak hanya menjadi objek kegiatan, tetapi mendorong mereka sebagai pelaku untuk menjadi wirausahawan dan memahami konsep bisnis terintegrasi,” tutur Heri.    

Program DMS dilaksanakan dengan memberikan pendampingan mulai dari proses pendanaan dengan pihak bank, breeding (indukan), pembesaran, penggemukan, pengelolaan pakan, hingga penjualan sapi ke pasaran, di mana Perusahaan akan menjadi off-taker.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Indah Sulistyorini