Inovasi menjadi kunci pande besi di Karangpoh, Klaten bisa bertahan selama pandemi



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pandemi virus korona baru tidak cuma memberangus bisnis perusahan besar, tapi juga sampai ke perajin logam. Salah satunya, perajin logam yang ada di Dukuh Karangpoh, Desa Padas, Kecamatan Karanganom, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.

Di Karangpoh, terdapat puluhan pande besi, begitu sebutan perajin logam di dukuh tersebut, yang memproduksi beragam alat pertanian. Semenjak pandemi korona, laju usaha para perajin pun tersendat. Salah satunya adalah Sutarman, pemilik UD Rejeki.

Sebelum pandemi, Sutarman saban bulan bisa mendapat pesanan hingga 4.000 unit produk logam. mulai alat pertanian, roda pagar, hingga cetakan paving. "Sekarang pesanan yang datang sekitar 1.000 sampai 2.000 buah saja, malah terkadang sehari tidak ada permintaan," katanya kepada KONTAN.


Biasanya, dia bisa mengantongi omzet Rp 20 juta per bulan. Tapi kini, hanya Rp 7 juta sampai Rp 10 juta saja. Dan, tidak menentu selama pandemi berlangsung.

Baca Juga: Start up berkebun justru semakin subur di masa pandemi

Masalah yang sama juga dialami perajin logam lainnya di Karangpoh, terutama yang tergabung dalam koperasi bernama Kopinkra 18. Di Dukuh Karangpoh saat ini ada 50 perajin logam dan sebanyak 40 di antaranya bergabung dengan koperasi tersebut. Sisanya pande besi yang sudah lanjut usia.

Sutarman bersama beberapa usaha pande besi lainnya, seperti UD Arum Sari, UD Billy, Ninda Super Steel, dan AR Group, berupaya menggali gagasan dan inovasi untuk bisa bertahan di tengah pandemi Covid-19. 

Akhirnya, tercetus gagasan untuk membuat produk perkakas untuk berkebun. Ini setelah mengamati kegiatan yang tengah naik daun itu selama pandemi.

Kebetulan, para perajin logam di Karangpoh merupakan binaan dari Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA). Nah, YDBA pun memberi bantuan berupa pengujian produk dari sisi kualitas dan yang cocok untuk berkebun. Selain itu, YDBA juga membantu pemasaran produk baru tersebut secara online.

Saat ini, para perajin logam Karangpoh sudah mulai menjajakan perangkat berkebun dalam bentuk paket. Ada paket berkebun di rumah dengan harga Rp 32.000 sampai Rp 52.000. Juga, paket berkebun untuk anak-anak bernama Pakbeta, dengan harga Rp 50.000 sampai Rp 65.000.

Hasilnya langsung terlihat. Pesanan di Jawa Barat, Jakarta, hingga luar Jawa, mulai mengalir ke para perajin. 

Supriyanto, pemilik UD Arumsari, yang terlibat dalam pembuatan paket perkakas berkebun, hanya membuat cangkul kecil karena keterbatasan peralatan produksi. Beda dengan Sutarman yang bisa membikin perangkat berkebun komplit. "Peralatan produksi tidak lengkap," kata Supriyanto yang penjualan cangkulnya anjlok selama pandemi korona.

Yang jelas, Supriyanto mengatakan, inovasi produk tersebut bisa mendongkrak omzet selama pandemi, rata-rata 10% dari sebelumnya.

Selanjutnya: Demam Berkebun Selama Pandemi, Banyak Aplikasi Berkebun Tumbuh

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Markus Sumartomjon