SUKSES menyabet predikat raja mebel tidak membuat Wong Man Li berpuas diri. Setelah menaklukkan pasar furnitur Amerika Serikat (AS), Man Li terus melebarkan sayap di pasar global. Salah satu kunci sukses produk furnitur pabrikan Man Wah Holdings menembus pasar global adalah inovasi. Prinsip Man Li, berinovasi produk furnitur sesuai karakteristik pasar. Misal, di pasar China, Man Li merakit produk furnitur berbasiskan bantal busa. Alasannya, banyak penduduk China yang memakai furnitur kayu yang keras. Strategi Man Li menggarap pasar China pun berbeda dengan upayanya menaklukan pasar Amerika. Misal, Man Li membidik konsumen Tiongkok lewat ratusan gerai. Tahun ini, gerai Man Li sebanyak 1.000 di China.
Bapak dua anak ini menargetkan menambah 500 gerai furnitur di China pada akhir tahun 2015. Strategi ini berbeda dengan pasar AS, yakni Man Wah mengandalkan peritel besar untuk menjual produk furnitur. Strategi unik lain adalah menyasar kaum perempuan. Stephen Barr, eksekutif Man Wah menyarankan Man Li menjangkau kaum hawa lantaran mereka yang mengambil keputusan dalam membeli perabotan rumah tangga, khususnya di China yang kental dengan budaya yang memposisikan wanita sebagai ibu rumah tangga. Menguasai pasar China merupakan salah satu upaya Man Li memperkecil potensi kehilangan pendapatan dari pasar Eropa yang lesu. Pertimbangan lain, ongkos produksi pabrik China terbilang murah. Ongkos transportasi ke pasar China pun murah karena pabrik Man Wah berada di daerah perbatasan China, yakni Shenzhen. Berbagai inovasi juga tecermin pada ragam produk unik yang diciptakan Man Wah. Saat ini, produsen mebel asal Hong Kong ini memiliki lebih dari 200 hak paten produk furnitur. Bagi masyarakat awam, ada dua merek furnitur pabrikan Man Wah paling beken. Yakni, sofa bermerek "CHEERS" dan matras "Enlanda". Tahun ini, pendapatan Man Wah diprediksi menembus angka US$ 700 juta. Alhasil, sejumlah penghargaan berhasil disabet oleh Man Li. Misal, predikat "Top Ten Outstanding Youth Industrialists" yang diberikan pemerintah Hong Kong. Meski sudah masuk jajaran kaum elite Hong Kong, Man Li tidak melupakan masa lalunya.
Pengalamannya meniti karier sebagai buruh pabrik membuat Man Li memperlakukan karyawan dengan layak. Saat ini, Man Li membawahi sekitar 8.000 pegawai Man Wah. Sebagai mantan buruh, Man Li kerap terlihat berbincang dengan buruh pabrik Man Wah. Bahkan, Man Li kerap menginap di asrama pegawai di pabrik Huizhou. Menurut dia, kedekatan dengan buruh efektif membangun loyalitas karyawan. Miliarder terkaya ke-41 di Hong Kong ini juga memastikan kesejahteraan para buruh. Dia bahkan menyumbangkan CNY 2 juta untuk mendirikan Man Wah Bursary Fund. Ini adalah dana abadi yang dikelola untuk memberikan bantuan finansial kepada keluarga karyawan. Man Wah Bursary Fund menyuntikkan subsidi dana pendidikan kepada anak-anak buruh. Sebagai miliarder, Man Li kerap aktif dalam berbagai kegiatan filantropis di Hong Kong.
Editor: Yudho Winarto