Insentif DHE Dinilai Bisa Membuat Perbankan Mampu Bersaing dengan Asing



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah berencana memberi insentif bagi perbankan yang menampung devisa hasil ekspor (DHE) para eksportir. Hal itu disebut akan membuat simpanan valas di dalam negeri perlahan akan semakin bersaing dengan negara lain seperti Singapura.

Kendati likuiditas valas dalam negeri saat ini masih mengering. Singapura menawarkan bunga deposito valas 3% setahun. Sementara bunga deposito valas bank lokal berkisar antara 0,75% hingga 1,75%. 

PT Bank Central Asia atau BCA mengaku, mengapresiasi rencana pemberian insentif dari Bank Indonesia bagi perbankan yang menampung devisa hasil ekspor (DHE) eksportir dan menempatkannya ke Bank Indonesia, yang merupakan hal positif dalam mendukung pasokan valas dalam negeri dan menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah tantangan yang ada. 


"Kami akan berkoordinasi dengan regulator, dan mengkaji rencana pemberian insentif tersebut, dalam rangka menyiapkan strategi yang tepat untuk senantiasa memberikan nilai tambah dan layanan yang optimal bagi segenap nasabah sekaligus menjaga pertumbuhan bisnis perusahaan," ungkap Executive Vice President Corporate Communication & Social Responsibility BCA Hera F Haryn kepada kontan.co.id, Selasa (3/1).

Baca Juga: Tantangan Bank Digital Menjaring Nasabah di Tengah Tren Kenaikan Suku Bunga

Terkait simpanan valas, BCA mencatatkan DPK valas BCA mengalami pertumbuhan sebesar 11,4% YoY menjadi Rp 76 Triliun per September 2022. Sejalan dengan hal tersebut, transaksi valas BCA tercatat bertumbuh positif seiring dengan pemulihan ekonomi nasional saat ini. Transaksi valas yang paling banyak dilakukan di BCA adalah transaksi yang berhubungan dengan ekspor-impor dan remmitances

Adapun sejak kuartal III 2022, BCA telah menaikkan bunga deposito valas secara bertahap. Saat ini bunga deposito valas US$ berkisar 0,75%-1,75%.

Sementara itu, Corporate Secretary BRI Aestika Oryza Gunarto menyatakan, tingkat Fed Fund rate yang saat ini berada pada level 4,25-4,50% berpotensi meningkatkan dana off-shore yang akan ditempatkan pada perbankan atau instrumen investasi domestik.

"Dalam merespon kenaikan suku bunga pasar, BRI secara bertahap dan terukur melakukan kajian penyesuaian suku bunga simpanan dengan mempertimbangkan kondisi likuiditas pasar, struktur biaya dana, dan kondisi pasar," kata Aestika. 

Menurutnya, likuiditas valas di awal tahun 2023 cukup manageable dan dari sisi simpanan valas masih terjaga serta tetap aktif mendukung pertumbuhan kredit, dengan LDR valas posisi Desember 2022 sebesar 51,65%.

Aes mengatakan, kenaikan permintaan valas cenderung meningkat di semester I, untuk menjaga kebutuhan pendanaan agar terjaga secara optimal BRI berfokus pada pengelolaan dana jangka pendek hingga menengah menyesuaikan dengan kondisi pasar dan kebutuhan nasabah.

Sementara itu, SVP Retail Deposit & Solution Bank Mandiri Evi Dempowati mengakui, dengan adanya insentif pajak ini, dapat menjadi salah satu daya tarik tersendiri bagi nasabah agar mau menempatkan dananya di Indonesia.

"Baik simpanan valas maupun likuiditas secara bankwide di Bank Mandiri masih terjaga dan dalam kondisi ample hingga awal tahun ini," katanya.

Menurut Evi, kenaikan permintaan valas di Bank Mandiri umumnya bervariasi dan sudah terencana dengan baik, menyesuaikan dengan kebutuhan penyaluran kredit valas maupun penempatan dana valas dari nasabah-nasabah, terutama valas volume besar dari nasabah wholesale.

"Hingga akhir tahun 2023, kami memproyeksikan dana valas dapat tumbuh sejalan dengan pertumbuhan market perbankan secara nasional," ujarnya.

Evi menambahkan, BMRI terus berusaha menjaga likuiditas valas berdasarkan rasio-rasio intermediasi makroprudensial dan juga perkembangan kondisi pasar, sehingga senantiasa selalu agile dan mengikuti kondisi terkini yang terjadi di sepanjang tahun.

Sesuai dengan perkembangan market saat ini, PT Bank Tabungan Negara juga mengaku optimis simpanan valas di tanah air akan terjaga. Karena baik pemerintah dan regulator melalui operasi moneter, operasi pasar terbuka maupun bauran kebijakan lainnya, misalnya pemberian insentif atas penempatan DHE akan berusaha untuk menjaga ketersediaan valas di tanah air.

Baca Juga: OJK Siapkan Aturan untuk Percepat Konsolidasi dan Penguatan BPR/BPRS

EVP Treasury Division Head BTN, Sindhu Rahadian Ardita mengatakan, kondisi simpanan valas dan likuiditas valas pada awal tahun di Bank BTN diprediksikan relatif sama dengan kondisi di akhir tahun 2022.

Menurutnya, untuk kecukupan likuiditas dari DPK valas saat ini masih tergolong sangat memadai. Walau begitu, ia tidak menerangkan lebih jauh berapa realisasinya hingga saat ini. Sindhu menjelaskan, secara historis permintaan DPK valas mulai mengalami peningkatan pada semester II tahun berjalan.

"Oleh karena mayoritas portofolio yang dikelola Bank BTN bermata uang Rupiah, maka penghimpunan DPK valas lebih dititikberatkan untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan Kredit valas (asset driven)," paparnya.

Dalam mengelola likuiditas dalam bentuk valas sepanjang tahun ini, Sindhu menyebut, pengelolaan likuiditas valas akan disesuaikan untuk memenuhi penyaluran Kredit valas. Selain itu, penghimpunan DPK valas diprioritaskan yang memiliki tenor lebih dari 1 bulan sehingga kesenjangan jatuh tempo (Gap Maturitas) antara DPK (simpanan) dan kredit tidak terlalu jauh.

Senior Vice President Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan menilai, simpanan valas di dalam negeri perlahan akan semakin bersaing dengan negara lain seperti singapura seiring dengan meningkatnya penanaman modal asing ke dalam negeri dan semakin tingginya volume ekspor Indonesia.

"Insentif untuk ekspor sangat baik dan dapat mendorong semakin banyaknya ekspor yang dapat mendatangkan devisa ke dalam negeri," ungkapnya.

Lebih lanjut ia mengatakan, kenaikan simpanan valas meningkat di saat bulan-bulan tingginya volume ekspor Indonesia, biasanya di periode antara Januari sampai Agustus.

"Yang perlu dilakukan oleh bankir untuk mengelola simpanan valas ini adalah, dapat mencadangkan dan memberikan pinjaman valas untuk sektor produktif yang didukung underlying transaction untuk memaksimalkan pendapatan bank," imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi