Insiden penyanderaan tak ganggu produksi Freeport



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Adanya kasus penyanderaan oleh kelompok bersenjata di dua desa yang lokasinya berdekatan dengan lokasi pertambangan milik PT Freeport Indonesia (PTFI) tidak mempengaruhi jalannya produksi di Tembagapura, Mimika, Papua.

Juru Bicara Freeport Indonesia, Riza Pratama mengatakan, kegiatan operasi tambang di Tembagapura masih berjalan normal. Namun, untuk mengantisipasi, jumlah personel keamanan ditingkatkan menyusul adanya kelompok bersenjata yang berada di desa dekat area konsesi tambang.

Ia menmbahkan bahwa pihaknya sangat prihatin atas berlanjutnya eskalasi insiden-insiden keamanan dan terus bekerja sama dengan aparat keamanan untuk berupaya menghentikan kejadian-kejadian yang merisaukan.


"Operasional tambang tidak terganggu dengan adanya kelompok bersenjata," katanya kepada Kontan.co.id, Senin (13/11).

Namun Riza mengakui adanya eskalasi penambahan personil keamanan dari pihak Kepolisian maupun TNI. Hal ini guna menciptakan rasa aman dan nyaman bagi pekerja Freeport maupun keluarga. Lebih lanjut dia menyebut belum menerima laporan adanya karyawan yang terkena dampak dari kelompok bersenjata tersebut.

"Sebagai bagian dari upaya pengamanan tersebut, akan terus adanya gelombang penambahan petugas Kepolisian dan militer bersenjata di area komunitas," ujarnya.

Asal tahu saja, sebanyak 1.300 orang dari dua desa, yakni Desa Kimbely dan Desa Banti, Kecamatan Tembagapura, Kabupaten Mimika, Papua. Informasi yang didapat KONTAN, kelompok bersenjata di Papua kembali menyandera karyawan Freeport Indonesia. Mereka juga merusak jalan menuju Banti, Distrik Tembagapura, Kabupaten Mimika, Provinsi Papua, menggunakan alat berat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia