JAKARTA. Kepemilikan beberapa institusi di obligasi korporasi tengah mengalami tren outflow. Merujuk data Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) per 28 April 2017, kepemilikan dana pensiun di obligasi korporasi menurun cukup tajam yakni sebesar 25,37% atau setara dengan Rp 25,07 triliun menjadi Rp 73,74 triliun. Padahal di akhir tahun lalu porsi kepemilikan dana pensiun mencapai 24,33% dari total seluruh kepemilikan, senilai dengan Rp 98,81. Sementara itu, net outflow asuransi berkisar Rp 11,86 triliun atau 16,54% dari sebelumnya menyentuh Rp 72,01 triliun, jadi hanya Rp 60,15 triliun secara year to date (ytd). Lalu kepemilikan investor ritel di obligasi korporasi mengalami net outflow paling drastis mencapai Rp 18,81 triliun atau 59,12% ytd. Penurunan tersebut membuat kepemilikan ritel di obligasi korporasi jadi hanya Rp 13,01 triliun di akhir April lalu. Menurut Analis Fixed Income MNC Securities I Made Adi Saputra, penurunan kepemilikan ritel tersebut dikarenakan meningkatnya investor individu yang memilih berinvestasi melalui reksadana. Pasalnya, variasi produk yang disediakan MI merupakan strategi untuk merangkul investor sebanyak dan seluas mungkin, baik institusi maupun ritel. “Ceruk utamanya tetap ritel, apalagi di saat suku bunga perbankan turun, reksadana jadi instrumen alternatif yang recommended,” papar Made. Ia melanjutkan, jika melihat karakteristik investor ritel, kebanyakan lebih berminat pada obligasi tenor pendek dengan kupon besar, karena mengincar capital gain. Dengan menaruh dana di obligasi korporasi, investor berpeluang memenuhi target kuponnya, namun kecil kemungkinannya mencapai capital gain. Sehingga, mayoritas investor ritel memilih menempatkan dananya ke instrumen saham baik langsung maupun tidak langsung seperti melalui reksadana. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Institusi & ritel banyak lepas obligasi korporasi
JAKARTA. Kepemilikan beberapa institusi di obligasi korporasi tengah mengalami tren outflow. Merujuk data Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) per 28 April 2017, kepemilikan dana pensiun di obligasi korporasi menurun cukup tajam yakni sebesar 25,37% atau setara dengan Rp 25,07 triliun menjadi Rp 73,74 triliun. Padahal di akhir tahun lalu porsi kepemilikan dana pensiun mencapai 24,33% dari total seluruh kepemilikan, senilai dengan Rp 98,81. Sementara itu, net outflow asuransi berkisar Rp 11,86 triliun atau 16,54% dari sebelumnya menyentuh Rp 72,01 triliun, jadi hanya Rp 60,15 triliun secara year to date (ytd). Lalu kepemilikan investor ritel di obligasi korporasi mengalami net outflow paling drastis mencapai Rp 18,81 triliun atau 59,12% ytd. Penurunan tersebut membuat kepemilikan ritel di obligasi korporasi jadi hanya Rp 13,01 triliun di akhir April lalu. Menurut Analis Fixed Income MNC Securities I Made Adi Saputra, penurunan kepemilikan ritel tersebut dikarenakan meningkatnya investor individu yang memilih berinvestasi melalui reksadana. Pasalnya, variasi produk yang disediakan MI merupakan strategi untuk merangkul investor sebanyak dan seluas mungkin, baik institusi maupun ritel. “Ceruk utamanya tetap ritel, apalagi di saat suku bunga perbankan turun, reksadana jadi instrumen alternatif yang recommended,” papar Made. Ia melanjutkan, jika melihat karakteristik investor ritel, kebanyakan lebih berminat pada obligasi tenor pendek dengan kupon besar, karena mengincar capital gain. Dengan menaruh dana di obligasi korporasi, investor berpeluang memenuhi target kuponnya, namun kecil kemungkinannya mencapai capital gain. Sehingga, mayoritas investor ritel memilih menempatkan dananya ke instrumen saham baik langsung maupun tidak langsung seperti melalui reksadana. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News