Instrumen Aset Digital Tertekan, Mana Yang Masih Prospektif?



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Instrumen investasi dalam bentuk aset digital dalam tekanan. Nilai aset kripto menciut, lalu Non Fungible Token (NFT) nilai dari koleksi NFT mayoritas tidak berharga.

Dari kripto, berdasarkan data Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) transaksi aset kripto hingga Agustus 2023 sebesar Rp 86 triliun. Secara tahunan, nilai transaksi turun dari Rp 249,3 triliun atau sebesar 65,32% YoY.

Sementara NFT, berdasarkan laporan platform kripto dappGambl, dari sekitar 73.257 koleksi NFT yang diidentifikasi, sekitar 69.795 antara lain memiliki kapitalisasi pasar 0 Ether (ETH).


Baca Juga: Harga Bitcoin Diprediksi Pulih di Kuartal I 2024

Financial Planner & Crypto Enthusiast Aidil Akbar Madjid menilai wajar penurunan yang terjadi di kripto. Dijelaskan, dalam dunia kripto terdapat siklus 4 tahunan yaitu halving.

Nah, halving selanjutnya di 2024 sehingga diekspektasikan pada 2024-2025 performa Bitcoin (BTC) akan menyentuh level tertinggi selanjutnya. Ini juga berdasarkan pola yang terjadi selama tiga kali halving.

Sebagai gambaran, pada halving 2012 harga BTC di akhir tahun di US$ 13,51 dan di 2013 di US$ 758. Lalu halving 2016 harganya di US$ 968 dan di 2017 di level US$ 13.860. Selanjutnya, halving 2020 harganya di US$ 28.775 dan di 2021 harganya US$ 46.220.

"Sehingga tahun depan besar potensinya menyentuh all time high selanjutnya sebelum kemudian jatuh kembali," ujarnya kepada Kontan.co.id, Senin (2/10).

Baca Juga: Triv Luncurkan Fitur Auto Invest, Ini Tujuannya

Harga BTC bertengger di US$ 28.319 per Senin (2/10) pukul 19.37 WIB atau naik 69,95% dari awal tahun menjelang halving 2024.

Sementara untuk NFT, Aijid melihat saat ini investor sudah banyak belajar terkait NFT. Sehingga investor cenderung mempertanyakan kegunaan NFT. Sebab, NFT sekadar merupakan bukti kepemilikan sebuah aset riil yang didigitalisasi.

Untuk prospek aset digital, dia melihat kripto lebih menarik. Terlebih dengan potensi kenaikan harga di periode halving.

Namun, dia menyarankan investor yang mau masuk ke pasar kripto sebaiknya memperhatikan kegunaan dari koin yang dibeli. Menurut Aijid, harga koin yang tidak memiliki utilisasi maka harganya pasti turun.

Baca Juga: Sempat Populer dan Berjaya, Kini NFT Semakin Tak Berharga

Selain itu itu, perlu diperhatikan juga terkait risiko investasi. Sebab, potensi kenaikan kripto bisa sangat besar lantaran tidak ada limit, tetapi di saat yang sama penurunannya juga bisa sampai habis.

"Investasi di aset digital cenderung untuk investor dengan tipe risiko agresif, jika masyarakat baru mau belajar sebaiknya hanya masuk 5%-10% dari total dana investasi," kata Aijid.

CEO Triv Gabriel Rey justru menilai saat ini sangat berbahaya untuk masuk ke dalam koin micin atau altcoin, karena sangat tinggi risikonya. "Jadi disarankan menggunakan strategi investasi hanya pada bitcoin dengan cara DCA," pungkas dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati