KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) memandang perlu ada tambahan instrumen moneter untuk pendalaman pasar keuangan di tengah ketidakpastian global. Gubernur BI Perry Warjiyo menyiratkan, BI merasa intervensi yang dilakukan oleh BI nampaknya belum cukup dalam menghalau dampak rambatan dari gonjang-ganjing global. Setelah meluncurkan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) pada pertengahan September 2023 lalu, pada bulan depan BI berencana menelurkan instrumen moneter Sekuritas Valas Bank Indonesia (SVBI) dan Sukuk Valas Bank Indonesia (SUVBI).
Rencananya, SVBI dan SUVBI akan diluncurkan pada pertengahan November 2023 atau pada 17 November 2023. "Kami merasa perlu adanya tambahan instrumen. Sebelumnya kami menakar, apakah intervensi selama ini cukup? Apakah SRBI cukup? Jawabannya adalah, perlu tambahan," tegas Perry dalam konferensi pers, Kamis (19/10) di Jakarta.
Baca Juga: Pekan Ketiga Oktober 2023, Arus Modal Asing Hengkang Rp 5,36 Triliun Perry berharap, SVBI dan SUVBI ini mampu memperdalam pasar uang. Dengan demikian, aliran modal asing juga akhirnya masuk ke dalam negeri. Ekonom Bank Danamon Irman Faiz optimistis, langkah BI tersebut akan menarik aliran dana masuk. Dengan demikian, ini akan bermuara pada penguatan nilai tukar rupiah. Faiz pun optimistis, nilai tukar rupiah akan menguat pada akhir tahun, bila dibandingkan dengan level saat ini. Adapun bila melihat akhir perdagangan pada hari ini, Jumat (20/10), rupiah di pasar spot ditutup pada level Rp 15.873 per dolar AS. Ini membuat rupiah melemah 0,36%, bila dibandingkan dengan penutupan pada hari Kamis (19/10) yang sebesar Rp 15.815 per dolar AS. "Dengan memperhitungkan adanya instrumen baru tersebut, rupiah pada akhir tahun 2023 sekitar Rp 15.200 hingga Rp 15.300 per dolar AS," kata Faiz. Meski demikian, Faiz mengingatkan SVBI maupun SUVBI masih akan menemui tantangan dalam menarik aliran modal asing masuk lebih besar dibandingkan arus modal yang keluar dari pasar surat berharga negara (SBN).
Plus, sebenarnya prospek aliran modal asing juga masih dipengaruhi oleh sentimen dari arah kebijakan bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed). Bila memang dalam pertemuan selanjutnya pejabat The Fed memberikan arah kebijakan yang lebih pasti, Faiz yakin aliran masuk modal asing akan lebih deras. Hanya dari kaca mata Faiz, ia melihat The Fed hanya akan menaikkan suku bunga acuan sekali lagi pada akhir tahun 2023. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari