KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar finansial global cukup bergerak volatil selama kuartal I-2023. Di tengah pasar yang bergerak volatil, harga aset kripto justru melesat paling tinggi, sementara saham terpantau lesu. Presiden dan CEO PT Pinnacle Persada Investama Guntur Putra mengatakan, pasar saham tidak cukup mengesankan dalam tiga bulan pertama tahun ini. Indeks Kompas100 misalnya hanya bisa mencetak return relatif flat sebesar 0,09% menjadi 1.157,00. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bahkan terkoreksi sekitar -0,66% ke level 6.805,28 pada kuartal I-2023. Kendati demikian, prospek pasar saham ke depannya secara fundamental dinilai memiliki potensi upside lebih tinggi daripada risiko downside. Hal yang sama juga berlaku untuk pasar surat utang. Kinerja obligasi pemerintah di kuartal I-2023 masih mencetak return 2,44%. Sementara, kinerja obligasi korporasi di kuartal I-2023 mencatat return 2,17%.
Terkhusus pada kuartal II dan kuartal III tahun ini, Guntur berujar, seharusnya tingkat kenaikan suku bunga sudah mendekati puncaknya dan tingkat inflasi domestik juga seharusnya relatif masih terjaga. Terlebih, apabila tren surplus perdagangan dan stabilitas rupiah mampu terjaga, maka bisa menjadi katalis positif terhadap pasar saham domestik maupun obligasi.
Baca Juga: Cek Kinerja Instrumen Investasi di Kuartal I 2023, Ini yang Memberi Return Tertinggi Jika menilai dari sisi kelas aset instrumen investasi, kripto berkinerja paling terbaik dalam tiga bulan pertama tahun ini. Harga aset kripto berkapitalisasi terbesar yakni Bitcoin (BTC) telah melesat 72,10% ke level US$ 28,478.48 dari harga di awal tahun sebesar US$ 16,547.5. Begitu pula dengan Ethereum (ETH) yang telah melonjak 52,24% ke level US$ 1,822.02 dari posisi awal tahun ini yang senilai US$ 1,196.77. Tetapi, Guntur melihat aset digital ini memang semacam pengecualian karena tidak diperuntukkan bagi semua orang. Hal itu mengingat volatilitas harga kripto yang sangat tinggi dan termasuk aset berisiko. Sementara, emas bisa jadi pilihan yang aman dan tetap memberikan imbal hasil yang tak kalah tinggi dibandingkan kripto. Mengutip Bloomberg, harga emas dunia di pasar spot per 31 Maret 2023 berada di posisi US$ 1.969,28 per ons troi atau naik sekitar 7,96% dari harga awal tahun yang senilai US$ 1.824,02 per ons troi. Emas Antam juga mampu bertumbuh sekitar 5,06% ke level Rp 1.078.000 per gram dari posisi awal tahun sebesar Rp 1,026.000 per gram. Berinvestasi pada valuta asing (valas) seperti dolar AS juga masih cukup prospektif. USD/IDR misalnya berhasil menguat 3,80% ke level Rp 14.978 per dolar AS dalam kurun waktu tiga bulan pertama 2023. Guntur menyebutkan, jika memang secara jangka panjang potensi dan ekspektasi investor terhadap perekonomian dan pasar modal Indonesia cukup baik, maka investor dapat menerapkan strategi dollar cost averaging (DCA). “Adanya penurunan, investor dapat masuk dan berinvestasi di valuasi yang lebih murah. Di satu sisi, apabila market positif kembali maka investor tetap dapat potential upside,” kata Guntur kepada Kontan.co.id, Jumat (31/3).
Guntur berujar, investasi di saham, obligasi, valuta asing (valas) ini kembali lagi tergantung dari kebutuhan investasi, jangka waktu, serta karakteristik risiko masing-masing investor. Setiap investasi selalu pasti ada risiko, jadi tidak ada investasi yang dikondisikan pembagian portofolionya agar investor tidak rugi. Tetapi mungkin risiko investasi tersebut bisa diminimalisir salah satunya dengan memahami compounding. “Investor juga sebaiknya berinvestasi sesuai dengan tujuan dan kebutuhan investasi masing-masing,” imbuh Guntur.
Baca Juga: Diantara Penghuni Indeks Kompas100, Saham Apa Saja yang Jadi Rekomendasi Analis? Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Khomarul Hidayat