KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Inflasi Amerika Serikat (AS) tinggi dan Federal Reserved (The Fed) akan segera menaikkan suku bunga acuan. Meski Bank Indonesia (BI) mengatakan akan mempertahankan suku bunga acuan rendah selama inflasi dalam negeri masih terjaga, tren kenaikan suku bunga akibat inflasi yang tinggi juga akan menyusul di Indonesia. Di tengah kondisi tersebut, analis dan perencana keuangan mengatakan inflasi tinggi dan suku bunga naik membawa sentimen negatif bagi pasar keuangan. Namun, potensi koreksi yang terjadi hanya akan sementara. Sebaliknya, berbagai instrumen investasi tetap memiliki prospek yang cerah di tahun ini. Head of Investment Research Infovesta Wawan Hendrayana mengatakan, berkaca pada kenaikan suku bunga AS dari 0,25% menjadi 2,5% sejak 2016 hingga 2019, kinerja baik pasar saham maupun obligasi kompak tetap tumbuh. "Kenaikan suku bunga hanya membuat koreksi sementara pada pasar keuangan," kata Wawan, Rabu (16/2).
Instrumen Investasi Pilihan di Tengah Inflasi Tinggi dan Kenaikan Suku Bunga
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Inflasi Amerika Serikat (AS) tinggi dan Federal Reserved (The Fed) akan segera menaikkan suku bunga acuan. Meski Bank Indonesia (BI) mengatakan akan mempertahankan suku bunga acuan rendah selama inflasi dalam negeri masih terjaga, tren kenaikan suku bunga akibat inflasi yang tinggi juga akan menyusul di Indonesia. Di tengah kondisi tersebut, analis dan perencana keuangan mengatakan inflasi tinggi dan suku bunga naik membawa sentimen negatif bagi pasar keuangan. Namun, potensi koreksi yang terjadi hanya akan sementara. Sebaliknya, berbagai instrumen investasi tetap memiliki prospek yang cerah di tahun ini. Head of Investment Research Infovesta Wawan Hendrayana mengatakan, berkaca pada kenaikan suku bunga AS dari 0,25% menjadi 2,5% sejak 2016 hingga 2019, kinerja baik pasar saham maupun obligasi kompak tetap tumbuh. "Kenaikan suku bunga hanya membuat koreksi sementara pada pasar keuangan," kata Wawan, Rabu (16/2).