INTA mulai berpaling ke bisnis anyar



JAKARTA. PT Intraco Penta Tbk tak tergiur dengan tren pemulihan harga jual batubara yang terjadi sejak akhir tahun lalu. Alih-alih memacu bisnis alat berat, pada tahun ini perusahaan tersebut memilih memupuk dua bisnis baru di sektor listrik dan manufaktur.

Rupanya Intraco Penta sudah jengah dengan kinerja sektor alat berat yang menurun sejak tahun 2012 lalu. "Maka dari itu, kami mulai mengembangkan lini bisnis di sektor lain dengan menggandeng mitra-mitra, baik lokal maupun internasional," kata Fred Lopez Manibog, Direktur Keuangan PT Intraco Penta Tbk, kepada KONTAN, Selasa (7/3).

Sejatinya, Intraco Penta sudah merintis sekoci bisnis sejak tahun 2015. Perusahaan yang tercatat dengan kode saham INTA di Bursa Efek Indonesia itu, berkongsi dengan Power Construction Corporation of China. Keduanya lantas mendirikan perusahaan patungan bernama PT Tenaga Listrik Bengkulu.


Intraco Penta mengenggam kepemilikan saham 30% dalam perusahaan patungan tadi. Tenaga Listrik Bengkulu adalah kendaraan untuk menggarap pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) 2x100 megawatt (MW) di Bengkulu.

Sejauh ini, proyek PLTU Bengkulu sudah masuk tahap konstruksi. Target operasionalnya tahun 2020. "Pendapatan dari PLTU ini stabil, itu yang jadi target kami ke depan," tutur Fred.

Sementara dalam sektor manufaktur, Intraco Penta sudah punya sejumlah portofolio. Misalnya saja Intraco Penta membuatkan alat cetakan atawa moulding untuk tiang beton dalam proyek light rapid transit (LRT) jalur Cibubur-Cawang serta Bekasi-Cawang. Proyek ini pesanan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk.

Jadi, Intraco Penta membikin u-shaped moulding, pierhead moulding, column moulding, pilecap moulding dan jointplate. Total nilai kontrak di tangan yang mereka Rp 41 miliar.

Proyek pabrikasi lain berasal dari Kementerian Pertahanan. Intraco Penta harus membikin joint connector dalam proyek tanggul laut raksasa dan memproduksi replenishment alias penambahan pembuatan kapal. Masing-masing nilai pekerjaan tersebut Rp 13,6 miliar dan Rp 5,5 miliar.

Ada pula proyek yang masih dalam proses tender. Sebut saja proyek pipa gas dan minyak bumi dari PT Pertamina (Persero), coal shelter untuk PLTU serta proyek pabrikasi offshore. Potensi nilai tender aneka proyek tersebut lebih dari Rp 300 miliar.

Kontribusi seimbang

Meski giat membesarkan bisnis baru, Intarco Penta tak serta-merta meninggalkan bisnis lawas. Distributor alat berat merek Volvo tersebut memastikan tak akan meninggalkan bisnis penjualan alat berat.

Maklum bisnis setrum seperti PLTU yang mereka bidik, sejatinya terkait dengan bisnis alat berat. "Kalau kami bicara soal PLTU, bahan bakar utamanya adalah batubara jadi alat-alat berat masih dibutuhkan di sana," terang Fred.

Lagipula rencana Intraco Penta ke depan memang bukan menghilangkan salah satu lini bisnis. Perusahaan itu justru ingin menyeimbangkan pendapatan dari sektor alat berat, pembangkit listrik dan manufaktur.

Adapun hingga akhir tahun ini, Intraco Penta berharap bisa membukukan pertumbuhan pendapatan usaha 20%. Hanya saja, manajemen perusahaan belum bisa membeberkan capaian kinerja tahun 2016.

Mengintip laporan keuangan terakhir yang dipublikasikan di BEI, pendapatan Intraco Penta menyusut tipis 0,67% menjadi Rp 1,03 triliun. Dalam kondisi top line turun tersebut, rugi bersih perusahaan ini justru bisa mengempis lebih dari 10 kali lipat menjadi rugi Rp 23 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini