Integra Indocabinet (WOOD) Bayar Utang Jatuh Tempo Rp 94,68 Miliar



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Integra Indocabinet Tbk (WOOD) telah menyediakan dana untuk melunasi pokok dan bunga obligasi dan sukuk yang jatuh tempo pada 24 April 2022. Total jumlah Obligasi Berkelanjutan I Tahun 2021 Seri A dan Sukuk Mudharabah Berkelanjutan I Tahun 2021 Seri A yang akan jatuh tempo adalah Rp 94,68 miliar dan bunga sebesar Rp 2,36 miliar.

Corporate Secretary & Head of Investor Relations WOOD Wendy Chandra mengungkapkan, dana hasil Penawaran Umum Berkelanjutan (PUB) obligasi dan sukuk Seri A tahun 2021 tersebut seluruhnya digunakan untuk kebutuhan modal kerja.

"Kami telah menyediakan dana untuk pelunasan pokok dan bunga atas obligasi dan sukuk tersebut. Adapun sumber dana yang akan digunakan adalah berasal dari kas internal," ujar Wendy kepada Kontan.co.id, Kamis (21/4).


Baca Juga: Integra Indocabinet (WOOD) Peroleh Pesanan Rp 2,1 Triliun Sepanjang Kuartal I 2022

Produsen produk kayu terintegrasi vertikal ini pun optimistis bisa mendongkrak kinerja bisnisnya pada tahun ini. Apalagi, on hand sales order WOOD dalam tiga bulan pertama 2022 mencapai Rp 2,1 triliun.

Dengan hasil tersebut, WOOD memperkirakan bisa membukukan kenaikan penjualan yang signifikan pada kuartal pertama 2022, setidaknya tumbuh sampai 50% secara year on year (yoy) dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

"Pada umumnya kuartal pretama menjadi kuartal terlemah, tetapi kami mampu membukukan pertumbuhan penjualan tahunan yang kuat di kuartal pertama 2022, meskipun basisnya yang tinggi di kuartal pertama 2021," ujar Wendy.

Baca Juga: Tambah Kapasitas Produksi, Integra Indocabinet (WOOD) Bidik Kenaikan Laba 10%

Dia menjelaskan, kontribusi kenaikan penjualan yang tinggi berasal dari ekspor furnitur dan building component, terutama ke pasar Amerika Serikat (AS). Terlepas dari tantangan inflasi yang tinggi dan potensi kenaikan suku bunga yang lebih tinggi saat ini, WOOD optimistis hal itu tidak akan berdampak negatif terhadap ekspor ke pasar AS.

Sebagai importir furnitur kayu terbesar, pasar AS memang menggiurkan. Impor AS mencapai sekitar US$ 17 miliar atau naik 23,3% secara yoy pada tahun 2021, dengan kontribusi dari Indonesia sebesar 5,1%. Di antara negara-negara pengekspor utama furnitur kayu, ekspor Indonesia mencatat kenaikan ekspor tertinggi ke AS, yakni sekitar 37,4% yoy.

Di sisi lain, kondisi kelangkaan kontainer dan kemacetan pelabuhan yang menyebabkan terganggunya rantai pasokan, akan menjadi masalah dalam ketersediaan bahan baku dan harga bagi negara yang mengimpor sebagian besar bahan baku kayu.

Baca Juga: Ekspor Industri Mebel dan Kerajinan Ditargetkan Mencapai Rp 80 Triliun pada 2025

Untungnya, WOOD memperoleh sumber bahan bakunya dari dalam negeri yang memiliki pasokan kayu melimpah. Alhasil, WOOD dapat menawarkan harga yang lebih kompetitif dibandingkan dengan pesaing dari negara lain.

Sebagai salah satu eksportir furnitur dan building component terbesar di Indonesia, WOOD dapat memperoleh lebih banyak pengiriman dengan tarif yang kompetitif. "Kondisi ini memberikan tambahan keunggulan kompetitif bagi kami," sebut Wendy.

Oleh sebab itu, WOOD optimistis bisa membukukan pertumbuhan penjualan yang lebih kuat sepanjang tahun 2022 ini, dengan target minimal 25% secara yoy. 

Adapun WOOD menyiapkan belanja modal (capex) sebesar Rp 250 miliar pada tahun ini. Capex tersebut akan dipakai untuk ekspansi kapasitas produksi pabrik dan keperluan pemeliharaan (maintenance). 

Baca Juga: Tahun Ini, Integra Indocabinet (WOOD) Alokasikan Capex Rp 250 miliar

Rekomendasi Saham

Technical Analyst Binaartha Sekuritas Ivan Rosanova memperkirakan prospek WOOD tahun ini dapat kembali menuai hasil yang memuaskan. "Terlebih jika menilik ketangguhan emiten melewati tahun awal pandemi dengan torehan pendapatan yang tumbuh dan laba yang stabil dan kembali meningkat di 2021," ujar Ivan.

Menurut dia, saat ini harga saham WOOD masih berkonsolidasi dengan relatif stabil di sekitar Rp 700-Rp 850. Apabila laporan kuartal pertama menunjukkan pertumbuhan secara tahunan, maka saham WOOD berpotensi kembali diminati investor dan harganya berpeluang menuju ke level Rp 1.000.

Secara teknikal, Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana melihat pelaku pasar dapat melakukan trading buy saham WOOD dengan tetap mencermati level support di Rp 680. Selama masih bergerak di atas level support, maka WOOD berpeluang menguat menguji area resistance di Rp 715 sekaligus menguji MA20.

"Pelaku pasar dapat mencermati pergerakan MACD dan Stochastic yang mulai menyempit dan berpeluang untuk golden cross," tandas Herditya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati