KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Integra Indocabinet Tbk (
WOOD) melirik peluang bisnis di sektor perdagangan karbon. Hal ini dilakukan dengan memanfaatkan konsensi hutan yang dimiliki oleh WOOD. Sebagaimana yang diketahui, WOOD memiliki dua konsensi hutan seluas lebih dari 163.425 hektare (Ha) yang berlokasi di kawasan Kalimantan Timur. Konsensi hutan tersebut dikelola oleh anak usaha WOOD yakni, PT Narkata Rimba dan PT Belayan River Timber. WOOD pun memiliki kuota produksi kayu dari hutan tersebut sebanyak 90.000 meter kubik per tahun. Direktur Integra Indocabinet (WOOD) Wang Sutrisno mengatakan, tidak lama lagi pemerintah akan mengumumkan tata cara perdagangan karbon. Hal ini semakin menguatkan sinyal bagi WOOD untuk segera masuk ke bisnis perdagangan karbon, terutama yang berkaitan dengan pengembangan natural based solution (NBS).
“Saat ini, tantangan bisnis perdagangan karbon adalah kejelasan mengenai bisnis itu sendiri,” tukas dia dalam paparan publik, Jumat (16/6) lalu.
Baca Juga: Bidik Pertumbuhan Penjualan 10%, Integra Indocabinet (WOOD) Tetap Andalkan Pasar AS Manajemen WOOD menyebut, dengan berkecimpung di pasar perdagangan karbon, maka diharapkan WOOD bisa mengekspor karbon offset pada masa mendatang. Potensi itu cukup terbuka mengingat Indonesia menjadi kontributor karbon offset terbesar di dunia bersama dengan Brazil dengan porsi masing-masing 15% dari total nilai pangsa pasar produk tersebut. Lantas, WOOD akan memfokuskan penggunaan dana belanja modalnya atau
capital expenditure (capex) pada tahun ini untuk pengembangan segmen kehutanan. Dalam catatan KONTAN, WOOD menyediakan capex sebesar Rp 250 miliar pada tahun ini atau kurang lebih sama dengan besaran capex perusahaan pada tahun lalu.
Per kuartal I-2023, penjualan WOOD dari segmen kehutanan turun 69,5%
year on year (YoY) menjadi Rp 10,63 miliar. Kontribusi segmen kehutanan baru mencapai 1,7% terhadap total penjualan WOOD.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari