Integrasi cabang hingga jadi BUKU 4, simak rencana Bangkok Bank pasca akuisisi



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bangkok Bank Pcl serius untuk mengakuisisi PT Bank Permata Tbk (BNLI) dari PT Astra Internasional Tbk (ASII), dan Standard Chartered. Meski masih menunggu restu RUPSLB, Kamis (5/3), banks swasta terbesar di Thailand ini telah siapkan sejumlah strategi jika akuisisi rampung.

Pertama, Bangkok Bank bakal berencana mengalihkan aset kantor cabangnya di Indonesia kepada Bank Permata. Ini diketahui dari paparan yang disusun penasihat keuangan Bangkok Bank yaitu Discover Management Company Limited akhir Januari lalu.

“Kami saat ini memiliki tiga cabang di Indonesia dengan nilai aset Rp 36,07 triliun atau setara 23,26% aset Bank Permata pada September 2019. Setelah transaksi, dan mendapat izin dari OJK kami berencana untuk menggabungkan kantor cabang tersebut di bawah naungan Bank Permata,” tulis Bangkok Bank.


Baca Juga: Bangkok Bank bisa integrasikan cabang di Indonesia dengan Bank Permata

Bangkok Bank memang tercatat memiliki tiga unit bisnis di Indonesia yang berlokasi di Jakarta, Medan, dan Surabaya. 

Adapun dari laporan bulanan per Januari, Kantor Cabang Bangkok Bank Jakarta tercatat memiliki aset Rp 31,84 triliun, menyalurkan kredit 20,68 triliun, dan berhasil menghimpun dana pihak ketiga Rp 7,90 triliun.

Jika terlaksana, Bank Permata tentu bakal ketiban untung. Akhir tahun lalu aset Rp 161,5 triliun tambahan aset cabang Bangkok Bank bisa mendorong nilai aset Bank Permata hingga Rp 200 triliun.

“Terkait integrasi cabang Bangkok Bank dengan Bank Permata sebenarnya lebih tepat OJK yang menjawab. Kami tentu akan mengacu regulasi yang berlaku,” ujar Head of Corporate Affairs Bank Permata Richele Maramis kepada Kontan.co.id, Kamis (5/3)

Integrrasi kantor cabang memang bisa jadi opsi yang ditempuh Bangkok Bank untuk memenuhi ketentuan POJK 56/POJK.03 2016 tentang kepemilikan saham bank umum, tanpa perlu mengakuisisi bank lain di Indonesia. 

Dalam ketentuan tersebut dinyatakan pemegang saham bank dari lembaga keuangan maksimum bisa cuma bisa mengempit 40% saham.

Editor: Herlina Kartika Dewi