KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Badan Intelijen Nasional Korea Selatan (NIS) baru-baru ini mengeluarkan peringatan mengenai pengiriman pasukan Korea Utara untuk memperkuat invasi Rusia di Ukraina. Menurut NIS, sekitar 1.500 pasukan operasi khusus Korea Utara telah dikirim melalui kapal angkatan laut Rusia ke Vladivostok pada awal bulan ini. Pasukan tersebut saat ini ditempatkan di beberapa pangkalan militer di Rusia, termasuk Vladivostok, Ussuriysk, Khabarovsk, dan Blagoveshchensk, dan diperkirakan akan segera dikerahkan ke medan pertempuran setelah menyelesaikan pelatihan adaptasi.
Baca Juga: Korea Utara Klaim Temukan Puing Drone Militer Korea Selatan yang Jatuh Bukti Pengiriman Pasukan Korea Utara ke Rusia
NIS mengungkapkan bukti satelit serta foto-foto yang menunjukkan pergerakan kapal angkatan laut Rusia di dekat pelabuhan Korea Utara, serta dugaan perkumpulan besar pasukan Korea Utara di Ussuriysk dan Khabarovsk dalam seminggu terakhir. Berdasarkan informasi ini, diharapkan lebih banyak pasukan Korea Utara akan segera dikirim ke Rusia untuk bergabung dalam konflik. Tidak hanya itu, NIS juga bekerja sama dengan badan intelijen Ukraina dan menggunakan teknologi pengenalan wajah berbasis kecerdasan buatan untuk mengidentifikasi perwira Korea Utara yang mendukung pasukan Rusia di wilayah Donetsk, Ukraina timur, dengan menembakkan rudal buatan Korea Utara.
Pasokan Senjata dari Korea Utara ke Rusia
Sejak Agustus tahun lalu, Korea Utara telah mengirim lebih dari 13.000 kontainer yang berisi amunisi artileri, rudal balistik, dan roket anti-tank ke Rusia. Menurut NIS, lebih dari 8 juta putaran artileri dan roket telah dikirim ke Rusia, memperkuat kapasitas tempur negara tersebut di medan perang Ukraina. Kerjasama militer antara Rusia dan Korea Utara, yang sebelumnya dilaporkan oleh media internasional, kini telah secara resmi dikonfirmasi oleh NIS. Ini menandai tingkat hubungan yang baru antara kedua negara yang dikenal memiliki kedekatan dalam kebijakan militer dan strategis.
Baca Juga: Bukan Negara Barat, Putin Optimistis BRICS yang Bakal Dorong Ekonomi Global Dampak Pengiriman Pasukan dan Tanggapan Internasional
Jika dikonfirmasi, pengiriman pasukan Korea Utara ke Rusia merupakan keterlibatan militer besar pertama Pyongyang sejak Perang Korea pada 1950 hingga 1953. Meskipun Korea Utara pernah mengirimkan kontingen kecil dalam Perang Vietnam dan Perang Sipil Suriah, skala keterlibatan ini jauh lebih besar dan menimbulkan kekhawatiran di kalangan pakar militer. Kantor kepresidenan Korea Selatan menganggap pengiriman pasukan ini sebagai ancaman serius bagi keamanan nasional dan komunitas internasional. Dalam pernyataan resmi, Presiden Yoon Suk Yeol memimpin pertemuan darurat untuk membahas ancaman yang ditimbulkan oleh pengiriman pasukan ini, serta tindakan balasan yang mungkin diambil oleh Korea Selatan bersama sekutu-sekutunya.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky sebelumnya menyatakan bahwa 10.000 tentara Korea Utara sedang dalam persiapan untuk dikirim ke Ukraina, meskipun NATO dan beberapa negara Barat, termasuk Amerika Serikat dan Inggris, belum memiliki bukti konkret keterlibatan langsung pasukan Korea Utara dalam pertempuran.
Baca Juga: Tak Disangka, Militer Korea Utara Merupakan yang Terbesar Keempat di Dunia Potensi Eskalasi Konflik dan Ancaman Perang Dunia
Zelensky memperingatkan bahwa aliansi militer antara Rusia dan Korea Utara dapat menjadi "langkah awal menuju perang dunia." Dalam pidato di hadapan parlemen Ukraina, ia menggambarkan Rusia dan Korea Utara sebagai "koalisi penjahat," merujuk pada kerjasama militer yang semakin erat antara kedua negara. Perkembangan ini memicu keprihatinan internasional, terutama di negara-negara Barat yang terus memantau situasi dengan seksama. NATO menyatakan bahwa meskipun belum ada bukti nyata mengenai keterlibatan pasukan Korea Utara, dukungan logistik dan senjata dari Pyongyang kepada Rusia sudah menjadi ancaman serius yang harus diwaspadai.
Editor: Handoyo .