Sekitar sebulan menjelang pemilihan umum (pemilu), jalanan terlihat semakin marak. Poster dan spanduk partai, calon presiden dan wakil presiden, dan calon legislatif terlihat semakin banyak menghiasi pinggir jalan, persimpangan jalan, dan pagar atau tembok rumah. Seolah, mereka tak rela menyia-nyiakan posisi dan lokasi bagus yang berpeluang bagi orang untuk melihat dan membaca. Sayangnya, spanduk aneka gambar dan warna itu sering kali tidak memedulikan dampak kerusakan yang ditimbulkan. Lihat saja, pohon-pohon penuh dengan stiker, spanduk yang dipasang secara serampangan. Gambar-gambar itu dipaku atau ditali sembarangan yang justru bisa merusak pohon. Di bawahnya juga banyak sampah spanduk yang jatuh, sobek, atau rusak. Ada celah sebentar, posisi sebelumnya langsung diisi oleh spanduk baru. Di saat kampanye yang mengerahkan massa semakin kurang populer, sepertinya pemasangan spanduk secara massif dianggap sebagai cara paling efektif untuk memperkenalkan diri ke masyarakat. Dengan banyak partai dan calon legislatif, menggerakkan massa jelas membutuhkan biaya cukup besar. Apalagi bagi para calon legislatif yang sejatinya belum mempunyai basis akar rumput. Kalau pun punya sedikit modal dukungan, mereka juga harus bersaing dengan calon lain yang tak kalah agresif.
Interaksi spanduk
Sekitar sebulan menjelang pemilihan umum (pemilu), jalanan terlihat semakin marak. Poster dan spanduk partai, calon presiden dan wakil presiden, dan calon legislatif terlihat semakin banyak menghiasi pinggir jalan, persimpangan jalan, dan pagar atau tembok rumah. Seolah, mereka tak rela menyia-nyiakan posisi dan lokasi bagus yang berpeluang bagi orang untuk melihat dan membaca. Sayangnya, spanduk aneka gambar dan warna itu sering kali tidak memedulikan dampak kerusakan yang ditimbulkan. Lihat saja, pohon-pohon penuh dengan stiker, spanduk yang dipasang secara serampangan. Gambar-gambar itu dipaku atau ditali sembarangan yang justru bisa merusak pohon. Di bawahnya juga banyak sampah spanduk yang jatuh, sobek, atau rusak. Ada celah sebentar, posisi sebelumnya langsung diisi oleh spanduk baru. Di saat kampanye yang mengerahkan massa semakin kurang populer, sepertinya pemasangan spanduk secara massif dianggap sebagai cara paling efektif untuk memperkenalkan diri ke masyarakat. Dengan banyak partai dan calon legislatif, menggerakkan massa jelas membutuhkan biaya cukup besar. Apalagi bagi para calon legislatif yang sejatinya belum mempunyai basis akar rumput. Kalau pun punya sedikit modal dukungan, mereka juga harus bersaing dengan calon lain yang tak kalah agresif.