Interkoneksi e-Toll Bank BUMN macet



JAKARTA. Akses uang elektronik di jalur jalan tol (e-Toll), masih belum terbuka untuk bank BUMN. Rencana interkoneksi yang didengungkan sejak tahun lalu masih mampet di tengah jalan.

Hingga saat ini, Bank Mandiri sebagai penguasa bisnis e-Toll, masih belum satu suara dengan saudara kandungnya, Bank Rakyat Indonesia (BRI) dan Bank Negara Indonesia (BNI).

“Masih alot negosiasinya, karena belum ketemu pembagian biayanya,” kata Rico Usthavia Frans, Senior Executive Vice President Transactional Banking Bank Mandiri, kepada KONTAN, kemarin.


Sebagai pendiri layanan e-Toll, Bank Mandiri meminta kepada BRI dan BNI ikut patungan dalam pembangunan infrastruktur e-Toll. “Penawarannya, kami bagi tiga sama-sama rata,” kata Rico.

Sayangnya, Rico enggan membeberkan berapa nilai investasi yang sudah dikeluarkan Mandiri untuk layanan bisnis e-Toll ini. Namun, ia menyampaikan, pihaknya telah mengeluarkan biaya US$ 400 - US$ 500 per alat baca kartu (reader), dan Rp 150 juta per unit sensor e-Tollpass.

Faktor lain, BRI dan BNI meminta Bank Mandiri agar membuka seluruh jaringan tol nasional. Padahal, Bank Mandiri hanya mau membuka akses e-Toll untuk jalan tol Bali di tahap awal.

Budi Satria, Sekretaris Perusahaan BRI, mengatakan, proses interkoneksi e-Toll masih dalam proses. "Sampai saat ini masih belum final," ujar Budi.

Dari sisi bisnis, e-Toll terbilang legit. Sebagai gambaran, Bank Mandiri telah menerbitkan kartu jenis e-Toll sebanyak 1,95 juta kartu per Maret 2015. Dari sisi volume, transaksi e-Toll mencapai 23,86 juta kali transaksi.

Sejak terbit, kartu e-Toll merupakan andalan Bank Mandiri meraih cuan di bisnis uang elektronik (e-money). Sebagai perbandingan, kartu beredar bermerek e-Money racikan Bank Mandiri sebanyak 1,06 juta kartu. Kartu co-branding dengan Indomaret sebanyak 2,24 juta kartu. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto