Intervensi dari China membuat harga batubara sempat turun tajam



KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Harga batubara ICE Newcastle sedang berada di tren penurunan semenjak menyentuh harga tertingginya pada 5 Oktober 2021 di angka US$ 272,5 per metrik ton.

Di hari Senin (25/10), harga batubara ICE Newcastle kontrak Desember berada di angka US$ 195,45 per metrik ton, dibandingkan dengan Senin pekan kemarin, harga batubara sudah turun sebanyak 13,13%.

Akan tetapi, per Selasa (26/10) pukul 18.30 WIB, harga batubara kembali rebound ke angka US$ 210 per metrik ton


Founder Traderindo.com, Wahyu Laksono, menilai turunnya harga batubara sejak menyentuh level tertingginya ini karena adanya intervensi dari China melalui lembaga National Development and Reform Commission (NDRC). 

Baca Juga: Penjualan semen mulai pulih, simak rekomendasi saham SMGR berikut

“Harga turun karena intervensi pemerintah, tetapi itu tidak berarti bahwa situasi penawaran dan permintaan mengalami peningkatan yang berarti,” kata Wahyu kepada Kontan, Selasa (26/10). 

Yang pertama, ia melihat NDRC sudah mempertimbangkan langkah-langkah untuk mencegah perusahaan produsen dan penjual batubara untuk menghasilkan keuntungan berlebih, tanpa menjelaskannya secara detail. 

Kedua, NDRC berjanji untuk memperkenalkan batasan ketika harga komoditas penting melonjak signifikan. Lalu, otoritas federal dan regional berjanji untuk menindak spekulasi dan penyimpangan pasar, sebuah fenomena yang berulang kali dipersalahkan ketika adanya lonjakan batubara.

Terakhir, NDRC mengatakan akan meminta semua bursa berjangka terkait batubara untuk menaikkan biaya bagi pesertanya. Sehingga, harga US$ 200 per metrik ton, menurutnya menjadi level magnet saat ini, untuk harga naik atau turun. 

Baca Juga: Cetak lonjakan laba, emiten-emiten ini optimistis lanjutkan kinerja apik

Ia juga menambahkan, kalau China adalah sebagai produsen dan konsumen batubara terbesar di dunia, telah memainkan peran utama dalam mendorong harga batubara termal lebih tinggi. Meskipun gas alam membuat kemajuan besar selama dekade terakhir, batubara masih menyumbang 60% dari pembangkit listrik China.

“Oleh karena itu, untuk menahan lonjakan harga batubara, China telah memutuskan untuk bertindak sebelum ekonomi impor mulai merusak profitabilitas utilitas,” katanya. 

Wahyu juga mengatakan, kalau masih ada potensi dari kenaikan harga terutama harga komoditas energi, seperti minyak, gas alam, dan juga batubara, walaupun harganya masih rentan untuk koreksi.

Selanjutnya: Harga komoditas melambung, realisasi PNBP sudah melampaui target akhir tahun

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli