Intervensi Gizi Diperkuat, Upaya Pemerintah & Dunia Usaha Dorong Penurunan Stunting



KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Upaya penurunan stunting di Indonesia terus diperkuat melalui berbagai intervensi gizi, baik oleh pemerintah maupun pihak swasta. 

Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Mendukbangga) Wihaji menyatakan program Makan Bergizi Gratis (MBG) menunjukkan dampak positif dalam mencegah stunting, khususnya pada ibu hamil, ibu menyusui, dan balita. 

Meski belum merinci besaran penurunan angka stunting secara kuantitatif, ia menegaskan hasil pemantauan di lapangan memperlihatkan adanya peningkatan berat dan tinggi badan pada penerima manfaat.


“Secara data real berdasarkan laporan para tim pendamping keluarga, sangat kelihatan ada beberapa yang memang selama dikasih MBG untuk ibu hamil, ibu menyusui, dan balita ternyata berat badannya naik, tinggi badannya naik,” ujar Wihaji seperti dikutip dari Kompas.com, Sabtu (13/12/2025).

Baca Juga: Pemerintah Targetkan Prevalensi Stunting Turun jadi 14,2% di 2029

Wihaji mencatat, angka stunting nasional pada 2024 mencapai 4,5 juta anak atau setara 19,8 persen. Angka ini menunjukkan tren penurunan dibandingkan 24,4 persen pada 2021 dan 21,6 persen pada 2022. 

Dalam penanganannya, pemerintah memberi perhatian lebih pada provinsi dengan jumlah penduduk besar dan prevalensi stunting tinggi, seperti Jawa Barat dan Nusa Tenggara Timur. Meski demikian, ia menegaskan seluruh wilayah tetap menjadi prioritas.

Sejalan dengan upaya pemerintah, persoalan stunting masih banyak ditemukan di tingkat desa, terutama akibat keterbatasan akses pangan bergizi dan rendahnya pemahaman gizi keluarga. 

Kondisi ini mendorong perusahaan pelat merah yaitu Perum Peruri melanjutkan Program Pemberian Makanan Tambahan Tinggi Protein bagi Balita Stunting, yang telah berjalan selama tiga tahun sebagai bagian dari program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL).

Program tersebut dilaksanakan di Desa Parungmulya, Kecamatan Ciampel, Kabupaten Karawang, salah satu wilayah prioritas penanganan stunting di daerah tersebut. 

Baca Juga: Turun Drastis! Menkeu Purbaya Pangkas Insentif Stunting Daerah Jadi Rp 300 Miliar

Implementasi program diperkuat melalui kolaborasi dengan Program Studi Gizi Universitas Singaperbangsa Karawang (Unsika), Pemerintah Desa Parungmulya, dan Puskesmas Ciampel, dan kembali diresmikan pada Kamis (11/12/2025).

Selain berdampak pada pertumbuhan fisik, stunting juga memengaruhi perkembangan kognitif, kemampuan belajar, serta produktivitas jangka panjang. 

Karena itu, program Peruri tidak hanya berfokus pada pemberian makanan, tetapi juga mencakup skrining kesehatan, pengembangan menu bergizi, konseling gizi, hingga monitoring dan evaluasi.

Sebanyak 29 balita menjadi penerima manfaat program ini. Mayoritas berasal dari keluarga dengan kondisi sosial ekonomi terbatas, dengan latar belakang orang tua bekerja sebagai buruh, sopir, ojek, atau pembantu, serta tingkat pendidikan orang tua yang umumnya hingga SMP dan SMA.

Penanggung Jawab Strategic Corporate Branding dan TJSL Peruri, Dawam H, menekankan pentingnya peran orang tua dalam keberhasilan program. 

Baca Juga: Kemenkeu Siapkan Rp 300 Miliar untuk Daerah yang Sukses Turunkan Stunting

“Makanan yang didistribusikan bukan sekadar kudapan, melainkan intervensi gizi yang telah diukur secara presisi bersama tenaga ahli dari UNSIKA. Karena itu, kami memohon komitmen penuh orang tua agar manfaatnya benar-benar terserap oleh balita,” ujarnya.

Melalui sinergi antara pemerintah, dunia usaha, perguruan tinggi, dan masyarakat, berbagai program intervensi gizi ini diharapkan mampu mempercepat penurunan stunting, khususnya di tingkat desa, sekaligus memperkuat fondasi kesehatan generasi mendatang.

Selanjutnya: Cahayasakti Investindo (CSIS) Raih Izin OJK, Rights Issue Rp 198 Miliar Siap Digelar

Menarik Dibaca: 5 Drakor Bromance Legendaris Kisahkan Persahabatan Para Pria

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News