JAKARTA. Emiten jasa penyewaan menara telekomunikasi, PT Inti Bangun Sejahtera Tbk, terus menambah jumlah menara. Emiten berkode IBST ini ingin membangun 150 menara di 2013. Dengan asumsi investasi satu menara sebesar Rp 1 miliar, Inti Bangun akan mengeluarkan dana sebesar Rp 150 miliar.
Chief Financial Officer Inti Bangun Sejahtera, Stefanus Sudyatmiko, menyebutkan IBST sudah mengantongi pesanan untuk membangun kurang lebih 100 menara telekomunikasi. "Pembangunan menara tersebut akan selesai Juni atau Juli tahun ini," ujar dia dalam paparan publik di Jakarta, Jumat (31/5). Per akhir 2012, IBST memiliki 1.992 unit menara dengan 2.768 penyewa. Dus, rasio kolokasi sebesar 1,39 kali.
Sekadar mengingatkan, ketika mencatatkan saham perdana di Bursa Efek Indonesia pada Agustus 2012, IBST menargetkan membangun 50 menara tahun lalu. Tapi, realisasinya baru 10% dari target tersebut. Kata Stefanus, hal itu karena operator seluler baru memesan pada akhir tahun. "Maka itu, kami akan kejar di tahun ini," ujar dia. Inti Bangun Sejahtera belum berencana mengakuisisi operator menara demi mempercepat pertumbuhan jumlah menara. "Tidak tertutup kemungkinan akuisisi, tapi tergantung ada yang mau jual atau tidak," ujar Stefanus. Berdasarkan wilayah, penyebaran pelanggan IBST didominasi oleh pelanggan Jabodetabek sebesar 23%, disusul Jawa Timur (21%), Banten dan Jawa Barat (18%), Jawa Tengah dan Yogyakarta (17%), Sumatra (15%), Bali dan Nusa Tenggara Barat (3%), serta Kalimantan dan Sulawesi (3%). Pasar terbesar perusahaan masih berada di Jawa dan Sumatra.
Chief Executive Officer IBST, Andrie Tjioe menjelaskan lebih lanjut, operator seluler yang paling banyak memesan menara adalah PT Smartfren Telecom Tbk. Maklum, Smartfren tengah mengembangkan teknologi baru berbasis code division multiple access (CDMA). Bukan hanya membangun menara telekomunikasi, IBST berniat menawarkan sistem IBS Link pada operator seluler. Lewat sistem ini, Andrie mengklaim, proses yang dibutuhkan operator seluler untuk mencari menara yang sesuai dengan rencana perluasan jaringannya hanya memakan waktu 10 menit. Jika tak ada aral melintang, IBS Link akan meluncur Juni. "Kami sudah melakukan penjajakan dengan operator. Sudah lebih dari dua operator yang tertarik," ujar Andrie.
Tahun ini, IBST menyiapkan belanja modal Rp 350 miliar. Sebanyak 60%-70% belanja modal akan dipakai untuk membangun menara, sisanya untuk membangun kolokasi. Belanja modal yang sudah terserap di kuartal I 2013 sebesar Rp 70 miliar. Manajemen IBST memproyeksikan pendapatan tahun ini sebesar Rp 500 miliar, tumbuh 20% dibandingkan pendapatan tahun lalu. Lantaran belum ada rencana akuisisi, seluruh pendapatan diperoleh melalui ekspansi organik. IBST juga belum tertarik membeli menara milik PT Dayamitra Telekomunikasi (Mitratel), anak usaha PT Telekomunikasi Indonesia Tbk yang bergerak di bidang jasa penyewaan menara telekomunikasi. "Kami masih melihat-lihat dulu," ujar Andrie, singkat. Kabar yang beredar, Mitratel berniat menjual menara maupun merger dengan perusahaan sejenis
(KONTAN, 23 Mei 2013). Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Sandy Baskoro