KONTAN.CO.ID - MOJOKERTO. Tahun depan, PT Intiland Development Tbk berencana mengembangkan kawasan industri Ngoro Industrial Park (NIP) Tahap III di Mojokerto, Jawa Timur. Proyek tersebut akan melengkapi NIP Tahap I dan NIP Tahap II seluas 500 hektare (ha) yang sudah lebih dahulu beroperasi. Intiland atau emiten ber kode saham DILD di Bursa Efek Indonesia, telah mengakuisisi lahan 100 ha untuk pengembangan NIP Tahap III. "Ini lahannya sudah aman, tinggal pengembangan infrastruktur aja tahun depan sebelum dijual," kata Andy Kristianto,
Project Manager Ngoro Industrial Park, di Mojokerto, Jawa Timur, Jumat (10/11). Intiland perlu memperluas kawasan industri karena lahan di NIP Tahap I dan NIP Tahap II tak lagi mencukupi. Sejauh ini, 250 ha lahan di NIP Tahap I telah terjual semua. Sementara dari 250 ha lahan industri di NIP Tahap II, kini hanya tersisa 10 ha lahan.
Terakhir kali, Intiland menjual lahan NIP Tahap II kepada PT Toyota Astra Motor pada April 2017. TAM membeli 20,3 ha lahan pada harga Rp 386 miliar. Agen pemegang merek (APM) Mobil Toyota itu akan menggunakannya untuk fasilitas terpadu distribusi kendaraan dan pusat penyimpanan suku cadang. Selain Toyota Astra Motor, Intiland menjual lahan NIP Tahap II kepada perusahaan domestik yang berbisnis perabotan rumah tangga. Luasnya mencapai 2,7 ha. Asal tahu, Intiland meluncurkan kawasan industri NIP Tahap I sejak tahun 1991. Sementara NIP Tahap II rilis 19 tahun kemudian, atau tahun 2010. Fasilitas di dalamnya seperti jalan, saluran gas alam, pembangkit listrik, pusat pengolahan limbah dan infrastruktur telekomunikasi.
Tenant NIP berasal dari aneka sektor industri. Sebut saja industri suku cadang, material bangunan seperti keramik, minuman, makanan olahan, produk kebersihan, kayu dan furnitur. Sementara pengelolaan NIP berada di bawah cucu perusahaan Intiland bernama PT Intiland Sejahtera. Hingga 30 September 2017, perusahaan tersebut mencatatkan aset sebelum eliminasi sebesar Rp 2,73 triliun. Marketing sales Dari Januari-September 2017,
marketing sales alias pendapatan pra penjualan, kawasan industri menempati posisi kedua setelah
mixed used dan
high rise. Besarannya yakni Rp 531 miliar atau sekitar 18% terhadap total
marketing sales IntilandsebesarRp 3 triliun. Meskipun tak menduduki posisi pertama dalam pencapaian
marketing sales, minimal kinerja kawasan industri tak mengecewakan. Pasalnya, semula Intiland hanya menargetkan
marketing sales Rp 185 miliar atau setara dengan 10 ha lahan industri sepanjang tahun ini. Sejauh ini, ada 91 perusahaan yang membuka pabrik di kawasan industri NIP. "Sekitar 70% merupakan perusahaan asing dan 30% perusahaan lokal," terang Andy.
Dalam kesempatan sebelumnya, Archied Noto Pradono, Direktur Pengelolaan Modal dan Investasi PT Intiland Development Tbk menjelaskan kepada KONTAN, pencapaian
marketing sales Rp 3 triliun hingga 30 September 2017 melebihi capaian pada periode yang sama tahun lalu.
Marketing sales sepanjang sembilan bulan tahun 2016 hanya tercatat Rp 1,4 triliun. Lonjakan
marketing sales itu berkat penjualan proyek apartemen baru bernama Fifty Seven Promenade di Jakarta. Proyek premium tersebut mendatangkan pendapatan pra penjualan sebesar Rp 1,5 triliun. Intiland telah melego sebanyak 340 unit dari total 496 unit yang ditawarkan. Harga jualnya Rp 2,8 miliar–Rp 9 miliar per unit. Sementara kalau menengok laporan keuangan Intiland per 30 September 2017, proyek kawasan industri menyumbang pendapatan terbesar terhadap total pendapatan Intiland. Kalau dihitung, kontribusi kawasan industri dari kategori penjualan maupun pendapatan usaha mencapai Rp 592,12 miliar atau 34,29% terhadap total pendapatan Intiland. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Dupla Kartini