KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Intiland Development Tbk (DILD) cukup optimistis dengan kemampuan untuk mengembangkan proyeknya tahun ini. Tahun ini, perusahaan properti tersebut menganggarkan belanja modal sebesar Rp 1,5 triliun yang sebagian besar untuk kebutuhan pengembangan proyek eksisting. Proyek tersebut antara lain 57 Promenade, SQ Residences, Hotel Praxis, Spazio Tower, Grha Natura dan Serenia Hills. Direktur Pengelolaan Modal dan Investasi Intiland Archied Noto Pradono mengatakan untuk pengembangan tersebut DILD akan menggunakan kas internal dan penarikan fasilitas pinjaman perbankan. "Sekitar 85% kas internal dan receivable yang akan diterima sisanya fasilitas pinjaman," ujar Archied kepada Kontan.co.id, Senin (24/2). Pengelolaan dana tersebut sejalan dengan posisi kas yang dicatat oleh Intiland saat ini sekitar Rp 1,2 triliun. Sedangkan kondisi rasio utang perbankan terhadap ekuitas atau debt to equity ratio (DER) sekitar 70%. "Angka auditnya belum keluar," imbuh dia.
Baca Juga: Hotel jadi properti paling stabil sepanjang 2019 Pada kuartal IV-2019 lalu Intiland telah menjual lahan yang masuk dalam kategori non-core seluas 40 hektare (ha) dengan nilai Rp 460 miliar. Jumlah tersebut berasal dari penjualan dua bidang lahan di Surabaya timur serta sebidang lahan dan bangunan di kawasan Surabaya barat. Archied menjelaskan pada kuartal IV-2019, Intiland juga menempuh sejumlah langkah untuk menjaga dan meningkatkan kinerja. Pada Desember 2019, Intiland menjual saham dan piutang kepada anak perusahaan yang bergerak di bidang rumahsakit senilai Rp 636 miliar. "Kami akan gunakan dana hasil penjualan saham tersebut untuk pembayaran utang. Sisanya akan digunakan untuk keperluan operasional dan modal perseroan," ujar dia. Dengan langkah strategis tersebut, Intiland memproyeksikaan laba bersih pada tahun 2019 bisa meningkat 20% dan utang akan turun Rp 300 miliar bila dibandingkan dengan kuartal III-2019. Baca Juga: Ramai soal izin HGB dalam RUU Pertanahan, ini kata Intiland (DILD) Archied menambahkan, pasar properti di tahun 2019 belum menggembirakan. Pasalnya, sikap konsumen masih cenderung wait and see. Khususnya untuk pembelian produk high rise yang menyasar konsumen menengah ke atas.