KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten properti PT Intiland Development Tbk (
DILD) mengatakan pihaknya memiliki kemungkinan untuk menaikkan harga jual rumah tapak tahun 2023 mendatang. Direktur DILD, Archied Noto Pradono menjelaskan pihaknya masih melakukan
review dan penyesuaian mengenai besaran kenaikannya. "Harga tentunya kita kan bukan komoditas karena modelnya baru, harga satuan kelihatannya ada penyesuaian masih kita cermati besaran dan daya beli masyarakat," ungkap Archied saat dihubungi oleh Kontan, Kamis (3/11).
Ia melanjutkan, DILD masih me-
review dan perkiraannya secara satuan, diharapkan kenaikannya tidak lebih dari 10 % dari kenaikan harga bahan bangunan tersebut.
Baca Juga: Intiland Development (DILD) Ungkap Permintaan Apartemen Stagnan Tahun ini, perseroan menargetkan kontribusi
market sales dari proyek rumah tapak mencapai separuh dari total
marketing sales. Sebagai gambaran, DILD menargetkan bisa mendapatkan
marketing sales Rp2,4 triliun dan 50% dari penghasilan tersebut berasal dari
landed house. DILD mengatakan, tahun depan mungkin target bisa sama atau lebih karena minat untuk
landed house masih besar dibandingkan produk yang lain. Saat ini, DILD masih mengembangkan proyek rumah tapak di kawasan Jakarta dan sekitarnya, seperti Telaga Bestari dan Magnolia di Tangerang, Serenia Hills di Lebak Bulus dan Park Home di Gandaria, Jakarta Selatan. Lalu, di Surabaya sendiri pihaknya masih terus membangun klaster Graha Natura dan Amnesta Living. Archied mengatakan hingga kini, produk rumah tapak yang paling laris adalah dengan harga di bawah Rp2 miliar. Ia menilai, produk rumah tapak dengan harga di bawah Rp2 miliar ini masih bisa bertahan. "Pangsa pasar kami adalah kelas menengah dan kelas menengah atas. Produk rumah di bawah Rp 2 miliar, paling laris dan marketnya masih sustain," ujarnya. Sebagai informasi, hingga semester I 2022, kinerja keuangan DILD mengalami koreksi pendapatan dan rugi membengkak.
Pendapatan usaha perseroan turun 14,13% menjadi Rp 960,40 miliar hingga Juni 2022 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 1,11 triliun. Beban pokok penjualan dan beban langsung naik menjadi Rp 622,60 miliar pada semester I 2022 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 586,04 miliar. Laba kotor turun 36,55% menjadi Rp 337,80 miliar pada semester I 2022. Pada periode sama tahun sebelumnya, laba kotor perseroan Rp 532,41 miliar. Beban usaha perseroan turun menjadi Rp 172,07 miliar pada semester I 2022 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 187,57 miliar. Laba usaha turun 51,9% dari Rp 344,83 miliar pada semester I 2021 menjadi Rp 165,72 miliar pada semester I 2022. Perseroan mencatat rugi periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk naik menjadi Rp 162,92 miliar pada semester I 2022 dari periode sama tahun sebelumnya rugi Rp 23,13 miliar. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Handoyo .