KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Intiland Development Tbk belum merevisi naik target pra penjualan tahun ini. Padahal, dalam sembilan bulan pertama tahun ini penjualan emiten berkode saham
DILD di Bursa Efek Indonesia (BEI) ini sudah jauh melampaui target. "Untuk sementara ini kami tidak pasang target baru. Praktis efektif jualan tinggal November, Desember, biasanya tidak banyak (penjualan). Harapannya, tetap bisa jual sebanyak-banyaknya," kata Archied Noto Pradono, Direktur Pengelolaan Modal dan Investasi PT Intiland Development Tbk, kepada KONTAN, Jumat (20/10). Archied menambahkan, pihaknya akan fokus melakukan penjualan semaksimal mungkin dengan mengandalkan proyek-proyek yang sudah ada hingga sisa dua bulan terakhir tahun 2017.
Selama periode periode Januari-September 2017, Intiland mengklaim telah membukukan marketing sales sebesar Rp 3 triliun. Sebagai gambaran, sejak awal tahun, perseroan ini hanya mematok target Rp 2,3 triliun. Catatan pra penjualan sebesar Rp 3 triliun berarti meningkat 115% dibanding periode yang sama tahun lalu yang hanya sebesar Rp 1,4 triliun. Andalkan proyek lama Melesatnya pencapaian marketing sales tersebut ditopang oleh suksesnya penjualan apartemen premium yang diluncurkan Intiland di proyek Fifty Seven Promanade pada akhir Agustus 2017. Sepanjang kuartal III-2017, DILD membukukan marketing sales Rp 1,5 triliun, atau separuh dari total pencapaian perusahaan selama sembilan bulan pertama tahun ini. "Dari Fifty Seven Promenade yang sudah tercatat secara administrasi Rp 1,5 triliun. Tetapi masih ada sekitar Rp 100 miliar lagi yang belum lengkap administrasinya," kata Archied. Intiland telah menjual sekitar 340 unit dari dua tower apartemen Fifty Seven Promanade dengan total kapasitas 496 unit. Sebanyak 260 unit di tower City57 terjual dan 80 unit tipe tiga kamar di tower Sky57. Proyek itu dijual dengan harga per unit Rp 2,8 miliar-Rp 9 miliar. Intiland optimistis kondisi pasar properti nasional akan bergerak membaik tahun ini. Kebutuhan masyarakat terhadap properti berkualitas dan lokasinya strategis relatif masih cukup tinggi. Selama ini konsumen dan investor cenderung wait and see dalam melakukan pembelian ataupun investasi. Archied mengklaim, respons pasar yang cukup baik terhadap Fifty Seven Promande sebagai indikasi kepercayaan konsumen mulai pulih. Ia percaya, produk yang berkualitas, unggul konsep, dan terletak di lokasi strategis berpotensi terserap pasar. Meskipun saat ini Intiland masih akan fokus memasarkan stok di proyek yang ada, perusahaan ini tetap menyiapkan memasarkan proyek baru. Ada empat proyek baru yang ada di perencanaan Intiland, tapi manajemen perusahaan ini belum membuat putusan. Empat proyek itu adalah, satu, Proyek Mixed Use Darmo Harapan Surabaya seluas 6,3 hektare (ha). Proyek ini dikembangkan bertahap. Tahap awal, DILD akan membangun dua tower apartemen. Dua, proyek South Quarter tahap II di Jakarta Selatan sebanyak dua tower kondominium. Tiga, proyek mixed use bertajuk West One City seluas 21 ha di Daan Mogot, Jakarta Barat yang akan menyasar segmen menengah. Empat, proyek H Island di Jakarta Utara seluas 63 ha.
Untuk mengembangkan South Quarter tahap II, Intiland bekerjasama dengan lembaga pengelola cadangan devisa Singapura, GIC Real Estate. Srategic partner ini juga untuk mengembangkan Fifty Seven Promanade. Kerjasama ini merupakan yang kali kedua bagi Intiland dan GIC, setelah pada tahun lalu menjalin kemitraan untuk pengembangan kawasan perkantoran terpadu South Quarter di Jakarta Selatan. Melalui joint venture ini komposisi kepemilikan saham proyek Fifty Seven Promenade tahap I adalah: PT Raharja Mitra Familia 36,6%, GIC 33,4%, dan PT Galang Gema Pradana 29,97%. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Sanny Cicilia