JAKARTA. Pengembang properti PT Intiland Development Tbk masih optimistis melihat pasar properti 2016. Namun, pasar properti yang menjadi bidikan utama adalah segmen properti gedung jangkung dan mixed use. Tahun ini saja, emiten berkode saham DILD tersebut membidik 60% marketing sales dari dua konsep proyek properti tersebut. Archied Noto Pradono, Direktur PT Intiland Development Tbk bilang, target pendapatan dari proyek hunian gedung jangkung atau high rise dan mixed use itu mencapai Rp 1,5 triliun.
"Total target marketing sales kami Rp 2,5 triliun," terang Archied, Senin (27/6). Sampai Mei 2016, Archied mengklaim telah mencatatkan marketing sales Rp 942 miliar atau 36,8% dari target. Namun demikian, Archied enggan membuka target pendapatan hingga akhir tahun. Namun begitu, Archied menilai, pendapatan mereka tahun ini akan membaik karena sudah ada kebijakan kelonggaran kredit dari Bank Indonesia. "Kebijakan kelonggaran LTV (Loan to Value) dan KPR inden menaikkan market," kata Archied. Tak hanya itu, sinyal positif penjualan properti juga datang dari rencana pemerintah yang akan memberlakukan tax amnesty. Archied bilang, saat ini pelaku usaha properti menanti pelaksanaan kebijakan tersebut. Melihat kebijakan regulator tersebut, Intiland optimistis bisnis properti akan segera membaik. Dari sisi pendapatan recurring income, emiten berkode saham DILD di Bursa Efek Indonesia (BEI) tersebut memproyeksikan kenaikan baru bisa terjadi tahun depan. Potensi kenaikan pendapatan recurring income datang dari beroperasinya pusat perbelanjaan andalan DILD yaitu South Quarter di TB Simatupang, Jakarta Selatan. Selain itu, kontribusi lainnya datang dari proyek DILD lainnya seperti Intiland Tower Jakarta, Intiland Tower Surabaya, dan juga Spazio. Adapun saat ini, pendapatan recurring income DILD terbilang masih kecil, baru sekitar 12% atas pendapatan DILD. Namun, usai beroperasinya beberapa proyek properti andalannya, manajemen DILD punya harapan menggenjot kontribusi recurring income sebesar 20%-25% terhadap pendapatan. "Kami berharap dalam lima tahun mendatang, kontribusi recurring income kami bisa mencapai 20%-25%," harap Archied.
Untuk melancarkan rencana bisnis tahun ini, DILD telah mengalokasikan belanja modal Rp 2 triliun. Belanja modal tersebut berasal dari dapatkan dari pre sales, pinjaman bank, serta dari cash flow internal perusahaan. Sampai dengan kuartal pertama usai, DILD telah menyerap 20% belanja modal. Dana tersebut digunakan untuk membangun proyek saat ini yang belum rampung, seperti konstruksi proyek Praxis dan proyek Spazio. Untuk mendukung proyek properti yang akan datang, DILD saat ini mengklaim memiliki landbank cukup besar, yakni seluas 2.040 hektare (ha) lahan dengan komposisi 81% berada di Jakarta dan sisanya di Surabaya. Dengan lahan tersebut, DILD mengklaim bisa membuat proyek sampai 20 tahun lagi. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Dikky Setiawan