KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Selain gaji dan bonus yang tinggi, kepemilikan saham para bankir atas bank yang dipimpin terbukti telah menambah pundi-pundi kekayaan. Terutama, bagi direksi maupun komisaris yang memimpin bank-bank dalam kategori Kelompok Bank berdasarkan Modal Inti (KBMI) 4. Maklum, bank-bank dalam kelompok tersebut memang memiliki kapitalisasi pasar yang besar di pasar modal. Ditambah, secara jangka panjang harga sahamnya konsisten naik. Sebut saja, PT Bank Central Asia Tbk (
BBCA) yang selama lima tahun terakhir harga sahamnya naik 104,68%. Jika para bankir ini sudah mengisi posisi direksi maupun komisaris lebih lama dari itu tentu keuntungannya lebih besar.
Berdasarkan kepemilikan saham bank yang dipimpinnya, lima besar bankir terkaya didominasi oleh direksi maupun komisaris BCA. Sebut saja, Presiden Komisaris BCA Djohan Emir Setijoso dan Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja yang masing-masing memegang saham 106,6 juta saham dan 32,8 juta saham. Jika mengacu dengan harga saham BCA pada penutupan bursa (20/10) yang berada di level Rp 8.975, maka nilai saham Djohan Emir sebesar Rp 956,83 miliar. Sementara, nilai saham yang dimiliki Jahja sebesar Rp 294,5 miliar.
Baca Juga: Suku Bunga Naik, Simak Rekomendasi Saham Jagoan Analis Terkait kepemilikan sahamnya di BBCA, Jahja bilang bahwa itu kebanyakan berasal dari remunerasi. Mengingat, dirinya juga bukan yang rutin dalam menambah kepemilikan sahamnya. “Kalau sedang turun banyak saya mau nambah,” ujar Jahja kepada KONTAN, Jumat (20/10). Jahja bilang dalam periode tiga bulan terakhir ini, pihaknya belum pernah melakukan aktivitas beli. Meskipun, jika dilihat sepanjang tiga bulan terakhir, saham BCA turun sekitar 1,91% Sebaliknya, ia juga menyebut pihaknya jarang melakukan
profit taking ketika saham BCA sedang naik. Di mana, ia hanya menjual kepemilikan sahamnya jika memang dibutuhkan. “Bukan
take profit istilahnya, kalau ada kebutuhan
cash flow aja,”’ ujarnya. Posisi lima besar lainnya diisi oleh komisaris maupun direksi BCA, di antaranya adalah Tan Ho Hien atau Subur Tan dan Tonny Kusnadi. Masing-masing memegang 12,35 juta saham dan 7,08 juta saham. Sementara itu, Direktur Utama PT Bank Jago Tbk (
ARTO) Arief Harris Tandjung menyempil dalam posisi lima besar dengan nilai saham yang dimiliki Rp 79,7 miliar. Di mana, kepemilikan sahamnya di ARTO sebanyak 46,6 juta saham. Terlepas dari posisi lima besar tersebut, ada nama direktur PT Bank Mandiri Tbk (
BMRI) Ahmad Siddik Badruddin yang memegang saham 8,71 juta saham atau senilai Rp 50,11 miliar. Ia menempati posisi keenam.
Menariknya, Siddik menjadi direksi yang paling kaya berdasarkan kepemilikan sahamnya di bank berlogo pita emas tersebut. Meskipun, ia bukan menempati posisi jabatan sebagai orang nomer satu di Bank Mandiri. Siddik bilang kepemilikan sahamnya yang besar di Bank Mandiri cukup beralasan karena ia termasuk direktur yang paling lama. Di mana, ia sudah memiliki saham Bank Mandiri sejak tahun 2014, kala ia memegang jabatan SEVP. Ia menjelaskan kepemilikan sahamnya di Bank Mandiri menunjukkan kepercayaan dirinya atas kinerja bank tersebut di masa mendatang. Menurutnya, Bank Mandiri mampu mencetak laba lebih tinggi lagi. “Insya Allah akan beli lagi,” ujar Siddik.
Baca Juga: Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6%, para Bankir Beberkan Dampaknya ke Bisnis Perbankan Vice President PT Infovesta Utama Wawan Hendrayana menilai kepemilikan saham para bankir atas bank yang dipimpinnya ini secara prinsip diharapkan agar lebih peduli dan prudent kala menjabat posisi strategis. Mengingat, itu bisa menjadi insentif pendorong bagi para bankir tersebut. Sebab, fundamental perusahaan dapat mempengaruhi saham dan akan langsung berpengaruh pada harta kekayaan yang dimiliki. “Misal Pak Jahja jual BBCA, investor bisa interpretasikan informasi ini untuk keputusan berikutnya,” ujarnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari