KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah emiten terus menggenjot bisnis ke segmen energi baru terbarukan (EBT). Terkini, ada PT Kencana Energi Lestari Tbk (
KEEN) yang telah menandatangani
Letter of Intent (LoI) untuk membangun proyek Energi Baru Terbarukan (EBT) di Filipina. Proyek ini senilai US$ 100 juta.
Letter of Intent tersebut ditandatangani oleh Presiden Direktur KEEN Henry Maknawi dan perwakilan Filipina di Hotel Fairmont, Jakarta, Senin (5/9). Penandatanganan LoI tersebut disaksikan secara langsung oleh Presiden Republik Filipina, Ferdinand "Bongbong" Romualdez Marcos Jr. “Sesuai visi kami, kerjasama ini adalah pintu pembuka untuk KEEN untuk terus mencari peluang maupun di dalam atau diluar Indonesia dan melakukan ekspansi KEEN di Asia Tenggara,” terang Henry, kemarin (6/9).
Baca Juga: Kementerian ESDM Terbitkan Roadmap Net Zero Emissions Sektor Energi Emiten yang bergerak di bidang non EBT pun terus melebarkan sayapnya ke energi terbarukan. Misal, PT Bukit Asam Tbk (
PTBA). Salah satu wujud pengembangan PTBA di segmen EBT yakni menggandeng PT Jasa Marga Tbk (
JSMR) dalam pengembangan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) di jalan tol Jasa Marga Group. Hal ini ditandai dengan penandatangan nota kesepahaman alias
memorandum of understanding (MoU) pada 2 Februari 2022. Salah satu wujud implementasi dari penandatanganan MoU tersebut yakni pembangunan PLTS di Jalan Tol Bali-Mandara yang berkapasitas 400 Kilowatt-peak (kWp). PLTS di Jalan Tol Bali-Mandara telah selesai dibangun dan akan diresmikan Pemerintah. Ada pula PT Indika Energy Tbk (
INDY) yang INDY berambisi untuk memperbesar porsi kontribusi pendapatan non batubara hingga mencapai 50% dari total pendapatan. Belum lama ini, INDY dan Fourth Partner Energy Singapore Pte Ltd berencana akan memberikan pinjaman dalam mata uang Dolar Amerika Serikat (AS) kepada anak perusahaannya yaitu PT Empat Mitra Indika Tenaga Surya (EMITS). Pinjaman ini untuk tujuan operasional dan pelaksanaan proyek pengadaan PLTS
Baca Juga: Kencana Energi (KEEN) akan Bangun Proyek EBT di Filipina Senilai US$ 100 Juta PT United Tractors Tbk (
UNTR) tak mau ketinggalan. Melalui PT Energia Prima Nusantara atau EPN, UNTR resmi menambah kepemilikan saham di PT Arkora Hydro Tbk (
ARKO), operator Pembangkit Listrik Mini Hydro (PLTM). Adapun EPN merupakan anak usaha United Tractors yang menekuni bisnis di sektor energi yang ramah lingkungan atau EBT. Total nilai transaksi pembelian mencapai Rp 176,5 miliar, sehingga total kepemilikan Grup Astra melalui UNTR di ARKO bertambah menjadi sebesar 31,49%. Investasi United Tractors pada ARKO sejalan dengan strategi pengembangan usaha UNTR, dimana UNTR telah menetapkan bisnis EBT sebagai salah satu strategi transisi di bidang energi untuk menuju bisnis yang berkelanjutan. UNTR berharap investasi ini akan mempercepat pengembangan bisnis EBT dalam portofolio perusahaan. Saat ini UNTR tidak berencana menambah kepemilikan saham di ARKO. “Untuk kepesertaan saham di ARKO, tidak ada rencana untuk menambah lagi,” terang Sekretaris Perusahaan United Tractors Sara K. Loebis, Minggu (28/8). ARKO pun membukukan kinerja ciamik. ARKO membukukan pendapatan bersih sebesar Rp 116,02 miliar pada semester pertama 2022. Jumlah ini meningkat 36% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 85,28 miliar.
Baca Juga: Kinerja Arkora Hydro (ARKO) Naik pada Semester I, Begini Penjelasan Manajemen ARKO berhasil membukukan laba periode berjalan sebesar Rp 25,4 miliar pada semester pertama 2022. Realisasi ini melonjak hingga 69,66%, dari capaian di periode yang sama tahun 2021 yang hanya Rp14,9 miliar. Saat ini EPN sedang membangun PLTM Besai Kemu berkapasitas 7 megawatt (MW) di Lampung. Pembangkit ini diperkirakan akan beroperasi pada tahun 2023. Selain itu, EPN juga menargetkan beberapa proyek PLTM di area Sumatra dengan total potensial kapasitas lebih dari 20 MW.
Di bidang pembangkit listrik tenaga surya (PLTS), EPN telah memasang Rooftop Solar PV sebesar 6,9 MWp. Diharapkan sepanjang tahun 2022 akan ada penambahan instalasi baru Rooftop Solar PV sebesar 15 MWp dan akan meningkat di tahun-tahun berikutnya. Analis BRI Danareksa Sekuritas Ignatius Teguh Prayoga menilai, nilai investasi per potensi kapasitas relatif yang dilakukan UNTR relatif murah yakni US$ 1,77 juta per megawatt (MW) dibandingkan dengan pedoman PLTM yang diberikan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) sebesar US$ 2 juta per MW. BRI Danareksa Sekuritas mempertahankan rekomendasi beli UNTR dengan target harga Rp 39.500 dari sebelumnya Rp 34.000 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati