KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Para triliuner dunia telah lama memanfaatkan kecintaan warga Amerika Serikat (AS) pada camilan praktis atau cepat saji untuk mengail keuntungan. Saham yang menawarkan kepuasan instan ini menonjol dalam portofolio Warren Buffett, Bill Gates, dan Ray Dalio. Warren Buffett merupakan contoh investor yang mencintai kuliner patriotik. Di usia 93 tahun, dia terkenal menyukai McDonald's dan Coca-Cola, sering menyajikan produk mereka di pertemuan. Melalui Berkshire Hathaway atau anak perusahaannya, dia berinvestasi di kedua perusahaan tersebut. Yayasan Bill dan Melinda Gates mengikuti strategi investasi serupa. Pada kuartal pertama tahun 2024, yayasan tersebut memiliki saham Coca-Cola senilai US$ 604 juta dan hampir US$ 97 juta di Kraft Heinz.
Baca Juga: Warren Buffett, Bill Gates dan Michael Burry Menyukai Satu Jenis Investasi Ini Ray Dalio melalui Bridgewater Associates juga memegang investasi signifikan di Coca-Cola, PepsiCo, dan Starbucks. Namun, saham makanan cepat saji ini tidak berkinerja sejalan dengan pasar dalam beberapa tahun terakhir. Saat ini, S&P 500 naik 83% dalam lima tahun terakhir, sementara Coca-Cola dan McDonald's masing-masing hanya naik 20% dan 30%. Mengapa portofolio terkenal ini tetap bertahan? Jawabannya ada pada krisis. Pada krisis keuangan 2008, ketika S&P 500 turun sekitar 40%, harga saham McDonald's relatif stabil, dan harga saham Coca-Cola hanya turun 25%. "Jika melihat kinerja selama Krisis Keuangan Besar, Anda akan melihat bahwa saham barang konsumsi (termasuk Coca-Cola, PepsiCo, dll) mengungguli S&P 500," kata Fillipo Falorni, analis utama Citi Research. Bagi Falorni, daya tarik saham 'camilan manis' saat ini berasal dari peluang di pasar yang sedang berkembang. Coca-Cola melaporkan bahwa hanya 32% minuman di pasar berkembang adalah non-komersial, sementara 69% di pasar berkembang masih mengonsumsi air keran.
Baca Juga: Ini Alasan Utama Warren Buffett & Bill Gates Lebih Menyukai Saham Makanan Cepat Saji PepsiCo melaporkan penjualan naik 9% di pasar berkembang seperti Meksiko dan Brasil, meski volume di Amerika Utara menurun. Coca-Cola mencatat bahwa meski nilai ritel di Amerika Latin lebih kecil dibanding Amerika Utara, jumlah konsumen di Amerika Latin jauh lebih besar. Analis setuju bahwa kesuksesan ini bukan kebetulan. Saham-saham ini diperdagangkan berdasarkan kepuasan instan yang tidak dapat direplikasi oleh AI, seperti sensasi minum kopi pertama di pagi hari atau membuka kaleng soda. Pat Tschosik, ahli strategi portofolio senior di Ned Davis Research, menyatakan bahwa daya tarik McDonald's dan KFC memiliki elemen nostalgia patriotik. Produk-produk ini konsisten dan ikonik, dengan merek yang dibangun selama puluhan tahun.
Kekhawatiran terbesar saat ini adalah obat penurun berat badan seperti Ozempic dan Wegovy. Namun, Tschosik yakin bahwa kebutuhan akan makanan cepat saji dan camilan akan selalu ada.
Baca Juga: Jadi Triliuner di Pasar Saham, Ini Strategi Warren Buffett Penelitian Citi menunjukkan sedikit perbedaan antara konsumsi pengguna obat GLP-1 dan metode penurunan berat badan lainnya. Kesimpulannya, meski obat penurun berat badan menjadi perhatian, kebutuhan akan makanan cepat saji dan camilan tetap kuat, dan saham-saham ini masih memiliki peluang besar di pasar yang berkembang.
Editor: Noverius Laoli