KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Semen Indonesia Tbk (
SMGR) optimistis industri semen punya prospek positif. Holding semen BUMN yang juga dikenal sebagai Semen Indonesia Group (SIG) ini pun menyiapkan strategi untuk menjaga performa pada tahun 2023. Sekretaris Perusahaan Semen Indonesia Vita Mahreyni berharap permintaan semen nasional akan tumbuh, sejalan dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hal ini juga didorong oleh komitmen penyelesaian proyek infrastruktur pemerintah, termasuk dimulainya proyek Ibu Kota Negara (IKN). Vita bilang, SIG akan fokus mengoptimalkan utilisasi fasilitas produksi. Optimalisasi juga dilakukan dalam aspek distribusi yang tersebar di seluruh Indonesia pada lokasi yang strategis dan didukung fasilitas pelabuhan.
Peningkatan utilisasi akan dilakukan melalui penguatan pasar domestik maupun peningkatan penjualan ekspor. "Permintaan pasar ekspor masih sangat tinggi dengan harga saat ini yang cukup atraktif, sehingga berpotensi menyumbang penambahan profitabilitas secara absolut," kata Vita kepada Kontan.co.id, Selasa (14/3).
Baca Juga: Sejumlah Emiten Konglomerasi Rilis Laporan Keuangan, Mana yang Paling Moncer? Meski begitu, fokus utama SMGR tetap pada pemenuhan pasar domestik dengan porsi mayoritas. Langkah ini didukung dengan belanja modal yang akan difokuskan untuk menjaga kapabilitas operasi, pengembangan kapasitas pelabuhan untuk meningkatkan kapabilitas ekspor, serta proyek-proyek ESG. Sebagai informasi, SMGR meraih laba bersih sebesar Rp 2,36 triliun sepanjang tahun 2022. Keuntungan SMGR meningkat 15,68% dibandingkan tahun 2021 dengan nilai Rp 2,04 triliun. Lonjakan laba bersih itu justru terjadi ketika pendapatan SMGR merosot tipis 0,90% secara tahunan (YoY). Emiten plat merah ini mengantongi pendapatan senilai Rp 36,37 triliun sampai tutup tahun lalu.
Di tengah industri yang menantang, imbuh Vita, SIG menerapkan inisiatif strategis untuk mengamankan penjualan dan pendapatan. Sembari mendorong efisiensi melalui
operational excellence, optimalisasi struktur investasi pada anak perusahaan, hingga pengelolaan utang.
Operational excellence pada lini produksi tercapai lewat pemenuhan sumber energi batubara dengan harga
domestic market obligation (DMO). SMGR melakukan pengelolaan biaya operasional pada beban umum dan pemasaran, sehingga beban pokok terkendali di level 2,9% dan beban usaha turun hingga 5,9%. SMGR berhasil menekan beban utang sepanjang tahun lalu hingga 21% melalui penurunan tingkat utang,
reprofiling sebagian utang menjadi
sustainability linked financing yang memiliki tingkat margin bunga lebih rendah. Sembari melakukan langkah antisipasi atas kenaikan tingkat suku bunga dengan
interest rate fixing sebagian utang.
Baca Juga: Semen Indonesia (SMGR) Raih Pendapatan Rp 36,38 Triliun pada Akhir 2022 "Pengelolaan piutang berjatuh tempo panjang dijalankan dengan lebih baik sehingga memberikan dampak
cash recovery dan pemulihan kerugian kredit," terang Vita. Dia menambahkan, kenaikan beban pokok pendapatan sangat dipengaruhi dinamika geopolitik global. Termasuk tingginya biaya energi seperti batubara yang mengerek biaya produksi dan harga BBM yang berdampak pada kenaikan biaya distribusi. Menimbang berbagai faktor tersebut, SMGR pun telah melakukan penyesuaian harga dengan menaikkan harga jual sepanjang 2022. "Guna menghindari
predatory pricing agar iklim industri tetap kondusif," tandas Vita. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari