KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja operasional PT Vale Indonesia Tbk (
INCO) mengalami pertumbuhan sepanjang semester I-2023. Sepanjang periode ini, INCO mencatatkan produksi nikel matte mencapai 33.691 metrik ton. Jumlah ini mengalami peningkatan s sebesar 28% dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya yang hanya 26.394 metrik ton nikel matte. Hasil ini sejalan dengan target produksi tahunan Grup Vale Indonesia sekitar 70.000 metrik ton untuk tahun 2023. Sementara itu, sepanjang kuartal kedua 2023, INCO memproduksi 16.922 metrik ton nikel matte. Realisasi ini melonjak 35% dari sebelumnya hanya 12.567 metrik ton pada periode yang sama tahun lalu. Adapun rendahnya produksi di tahun lalu karena INCO melaksanakan pembangunan kembali furnace (tanur) keempat miliknya.
Dari sisi keuangan, INCO membukukan pendapatan senilai US$ 658,9 juta sepanjang enam bulan pertama 2023. Jumlah ini 17% lebih tinggi dibandingkan pendapatan pada paruh pertama 2023 yang sebesar US$ 564,5 juta.
Baca Juga: Divestasi Saham Vale Indonesia (INCO) Diharapkan Berfokus pada Energi Bersih ”Kami berhasil mempertahankan laba positif berkat kelancaran pelaksanaan operasi kami,” ujar Febriany Eddy, CEO dan Presiden Direktur Vale Indonesia, Jumat (28/7). Di sisi lain, beban pokok pendapatan INCO juga meningkat 23% dari US$ 356,3 juta pada semester pertama 2022 menjadi US$ 438,4 juta pada semester pertama 2023. Febriany mengatakan, kenaikan ini terutama disebabkan oleh konsumsi bahan bakar dan harga diesel yang lebih tinggi. Sejak April 2023, INCO memutuskan untuk mengalihkan sumber energi untuk burner dari High Sulphur Fuel Oil (HSFO) ke batubara, didorong oleh penurunan harga batubara. Pada semester pertama 2023, jumlah konsumsi HSFO Vale Indonesia mencapai 921.408 barel dengan harga rata-rata HSFO US$ 78,66 per barel. Sementara itu, INCO menghabiskan 142.535 ton batubara dengan harga rata-rata US$ 383,46 per ton. Meski demikian, bottom line INCO tetap tumbuh. Konstituen indeks Kompas100 ini mencetak laba bersih US$ 168,51 juta sepanjang enam bulan pertama 2023, naik 12% dari raihan laba pada periode yang sama tahun lalu yakni US$ 150,45 juta. Dalam riset tertanggal 13 Juli 2023, analis BRI Danareksa Sekuritas Hasan Barakwan mempertahankan rekomendasi
buy saham INCO dengan target harga Rp 8.500. Menurut Hasan, INCO akan mampu mencapai target produksinya seiring pemulihan kinerja yang
solid pasca rebuilding tanur keempat tahun lalu.
Hasan menyebut, penurunan harga nickel pig iron (NPI) melaju lebih kencang dibandingkan penurunan harga nikel yang mengacu pada London Metal Exchange (LME). Dengan demikian, perusahaan nikel yang harga jual rata-rata alias average selling price (ASP)-nya terkait langsung dengan harga LME akan lebih menarik dibandingkan dengan emiten penghasil NPI. “INCO adalah satu-satunya perusahaan di bawah cakupan analisis kami yang ASP-nya terkait langsung dengan harga LME, yang berarti seharusnya INCO membukukan margin yang lebih baik,” tulis Hasan. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari