JAKARTA. Sejumlah emiten pertambangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) menyisihkan laba bersih mereka sebagai dividen. Dalam beberapa tahun terakhir, emiten tambang memberi dividen cukup besar ke pemegang saham, sehingga investor bisa turut menjaring untung dalam momentum tersebut. Meski demikian, beberapa emiten BUMN hanya menebar dividen dengan pay out rasio 30%-35%, lebih kecil dari tahun sebelumnya. PT Bukit Asam Tbk (PTBA) misalnya, membagikan dividen tunai tahun 2014 senilai Rp 705,7 miliar.
Jumlah itu mencapai 35% dari laba bersih PTBA sepanjang tahun lalu. Rasio dividen PTBA tahun 2014 lebih kecil dari 2013 yang sebesar 55% dari laba bersih. Nilai dividen per saham PTBA pada tahun buku 2014 sebesar Rp 324,6. Dengan harga saham saat ini Rp 10.700 per saham, maka dividend yield PTBA mencapai 3,03%. Sementara PT Timah Tbk (TINS) mengucurkan dividen final sebesar 30% dari laba bersih atau Rp 191,39 miliar. Dividen per sahamnya adalah Rp 25,7. Dus, dividend yield TINS mencapai 2,66%. Dividen akan dibagikan pada 29 April nanti. Kemudian PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) menetapkan dividen US$ 160,17 juta atau 80% laba bersih 2014. Sebesar US$ 103,68 juta atau Rp 1.100 per saham telah dibagi sebagai dividen interim pada 14 November 2014. Sisanya US$ 56,48 juta atau Rp 645 per saham akan dibayarkan dalam bentuk dividen tunai pada 24 April 2015. Dividend yield ITMG termasuk tinggi, yakni 6,6% mengacu harga saat ini Rp 16.650 per saham. David Nathanael Sutyanto, analis First Asia Capital, menilai, emiten pertambangan mengucurkan dividen dalam jumlah besar sebagai insentif ke pemegang saham karena harga saham yang terus menurun. Insentif dividen perlu diberikan sebagai pemanis demi menjaga pemodal agar tidak meninggalkan saham emiten pertambangan. Dia menilai, momentum pembagian dividen dari sektor pertambangan bisa dimanfaatkan untuk trading dalam jangka pendek. Apalagi, dividend yield yang diberikan cukup besar dibandingkan sektor lain. "Namun, masih belum direkomendasikan untuk jangka panjang karena tren harga sektor ini masih turun," ujar David, kemarin. Dia bilang, saham ITMG bisa dimanfaatkan dalam jangka pendek karena yield-nya tinggi. Dividen PTBA juga cukup menarik karena secara fundamental kinerja emiten itu diperkirakan membaik. Wiliam Surya Wijaya, analis Asjaya Indosurya Securities, berpendapat, dalam jangka menengah, saham pertambangan masih mengalami tren penurunan. Sehingga, investor bisa memanfaatkan trading menjelang pembagian dividen saja. Namun, dividend yield PTBA kurang menguntungkan. "Seharusnya yield lebih tinggi agar menarik, karena tren sahamnya turun," ujar William dia. Menurut dia, saham ITMG bisa lebih dimanfaatkan untuk trading jangka pendek.
Analis Samuel Sekuritas, Muhammad Alfatih menyatakan, saat ini harga saham emiten tambang masih anjlok. Dia menilai, dividend yield di bawah 2% kurang menarik. Pasalnya, saham tambang masih berisiko besar. "Jadi tidak sebanding dengan risikonya," kata dia. Dalam jangka pendek, William merekomendasikan hold saham ITMG dan PTBA dengan target masing-masing Rp 18.400 dan Rp 11.700 per saham. Dia merekomendasikan buy TINS dengan target di Rp 1.040 per saham. William mengingatkan kepada pelaku pasar agar tetap berhati-hati, mengingat saham pertambangan berpotensi kembali melemah usai pembagian dividen. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto